Sabtu 01 Sep 2018 14:30 WIB

AS Hentikan Pendanaan UNRWA untuk Pengungsi Palestina

UNRWA menyediakan layanan bagi lima juta pengungsi Palestina.

 Seorang pengungsi Palestina di Kamp Pengungsian Shati, Kota Gaza, tengah mengambil kambing bantuan Zakat Foundation of Amerika. Lembaga filantropi tersebut menyalurkan bantuan hewan kurban melalui lembaga urusan Pengungsian PBB, UNRWA di Gaza, Palestina.
Foto: AP Photo-Adel Hana
Seorang pengungsi Palestina di Kamp Pengungsian Shati, Kota Gaza, tengah mengambil kambing bantuan Zakat Foundation of Amerika. Lembaga filantropi tersebut menyalurkan bantuan hewan kurban melalui lembaga urusan Pengungsian PBB, UNRWA di Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat memotong pendanaan bagi UNRWA yang mendukung pengungsi Palestina, Jumat (31/8). AS menyatakan model bisnis dan praktik-praktik fiskal UNRWA merupakan operasi cacat yang tak bisa diperbaiki.

"Pemerintah telah secara hati-hati meninjau ulang isu itu dan menyatakan Amerika Serikat tak akan memberikan sumbangan tambahan kepada UNRWA (Badan Pekerjaan dan Pertolongan PBB)," kata wanita juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Heather Nauert dalam satu pernyataan.

Dia mengatakan komunitas yang meluas dari penerima manfaat tanpa batas dan eksponensial tak dapat dipertahankan dan dalam mode krisis selama bertahun-tahun. UNRWA mengatakan menyediakan layanan bagi lima juta pengungsi Palestina. Sebagian besar adalah keturunan dari individu-individu yang pergi meninggalkan Palestina dalam perang 1948 yang mengarah kepada pembentukan negara Israel.

Unjuk rasa

Sementara itu dari Ras Karkar, Tepi Barat dan Gaza, Reuters melaporkan pasukan Israel melukai puluhan orang-orang Palestina yang ikut serta dalam protes-protes di Tepi Barat Sungai Yordan yang diduduki dan di sepanjang perbatasan Jalur Gaza pada Jumat.

Di Desa Ras Karkar, Tepi Barat, ratusan orang yang berdemonstrasi menentang penyitaan lahan oleh Israel untuk permukiman Yahudi, melemparkan batu-batu ke arah tentara, yang menanggapi dengan gas air mata dan peluru-peluru kendali. Sedikitnya empat orang luka-luka dalam peristiwa itu.

Pihak berwenang Israel belum memberikan komentar segera. Di Gaza yang dikuasai Hamas, ribuan orang Palestina berkumpul dekat pagar perbatasan sebagai bagian dari protes mingguan yang dilancarkan pada 30 Maret, menuntut hak-hak atas tanah yang hilang dalam perang 1948.

Tim medis Gaza mengatakan 180 orang Palestina cedera, diantaranya luka akibat terkena peluru tajam, termasuk seorang perawat wanita dan seorang anak laki-laki.

Tentara Israel mengatakan pasukan melepaskan tembakan untuk membubarkan orang-orang Palestina yang menggelindingkan ban-ban yang dibakar di pagar tersebut. Tentara menilainya sebagai ancaman, dan di dalam satu kasus, ada warga Palestina yang melemparkan granat ke arah wilayah Israel melewati pagar pembatas.

Sedikitnya 170 orang Palestina tewas sejak unjuk rasa perbatasan dimulai, yang mendorong kekuatan-kekuatan global, kecuali AS, mengecam Israel. AS membela sekutunya di Timur Tengah itu dengan menyalahkan Hamas atas pertumpahan darah tersebut.

Israel menarik tentara dan para pemukim dari Gaza pada 2005 tapi membangun permukiman-permukiman di Tepi Barat, sehingga memantik amarah membuat warga Palestina yang melihatnya sebagai rintangan bagi harapan mereka untuk mempunyai negara merdeka. Babak terakhir pembicaraan perdamaian antara Palestina dan Israel menemui jalan buntu pada 2014.

Sebagian besar negara memandang semua permukiman yang dibangun di wilayah-wilayah yang direbut Israel dalam perang Timur Tengah 1967 adalah ilegal. Israel tak sependapat mengenai hal ini. Sebanyak 500 ribu orang Israel tinggal di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, kawasan-kawasan yang juga menjadi kediaman bagi lebih 2,6 juta orang Palestina.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement