Ahad 02 Sep 2018 08:07 WIB

Iskandariyah Saksi Pusaran Intelektual Melintasi Peradaban

Iskandariah atau Alexandria merupakan kota kuno yang telah berevolusi menjadi modern

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Iskandariyah, Mesir.
Foto: http://goeliteclub.com
Iskandariyah, Mesir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Iskandariah atau Alexandria merupakan kota kuno yang telah berevolusi menjadi modern. Kota terbesar kedua seantero Mesir itu terletak di pantai Laut Tengah atau sekitar 200 kilometer arah barat-laut Kairo.

Sejak terbentuk pada 331 sebelum Masehi (SM), kota tersebut telah ber peran sebagai wadah (melting-pot) yang memadukan unsur-unsur kebudayaan Barat (Yunani) dan Timur (Mesir).

Iskandariah merupakan satu dari belasan kota yang mengambil nama Iskan dar Agung (Alexander the Great). Raja Makedonia yang hidup pada 356-323 SM itu dikenang sebagai seorang penakluk besar. Putra Phillipus II itu berhasil mengalahkan negeri adidaya saat itu, Imperium Persia, yang dipimpin Raja Darius.

Setelah melumpuhkan ibu kota Persia, Persepolis (kini Marvdasht, Iran), dia mengawini putri Darius pada 330 SM. Dua tahun berikutnya, Mesir berhasil ditaklukkannya. Seluruh wilayah kekuasaannya membentang dari Asia Barat, Asia Tengah, hingga India.

Penakluk yang sejak kecil berguru pada filsuf Aristoteles itu tidak hanya berupaya memperluas kerajaannya, tetapi juga mewujudkan suatu peradaban yang maju.Visi besarnya tidak semata-mata menggabungkan dua imperium besar, Yunani dan Persia, menjadi satu identitas yang kuat.

Dia juga mendorong adaptasi kultur Yunani Kuno (Hellenisme) dengan budaya lokal di masing-masing wilayah taklukan.Oleh karena itu, Iskandar Agung merintis pendirian kota-kota baru. Di Mesir, Kota Iskandariah menjadi tempatnya mewujudkan visi Hellenisme demikian.

Dalam sejarah dunia, Mesir kerap menjadi incaran para penakluk. Tanahnya amat subur sebagai delta Sungai Nil. Letaknya juga strategis di antara tiga benua: Asia, Afrika, dan Eropa.

Keadaan geografis yang ada sebenarnya menguntungkan penduduk setempat. Sebelah barat, timur, dan selatan lembah sungai tersebut berbatasan dengan hamparan gurun pasir yang sukar ditembus.Ancaman serangan dari luar hanya mungkin terjadi di bagian utara yang menghadap Laut Tengah.

Mesir termasuk salah satu peradaban tertua di dunia lantaran muncul pertama kali kira-kira pada 3.000 SM. Dinasti Firaun memimpin negeri ini dengan kekuasaan yang absolut. Pelbagai monumen didirikannya untuk mencitrakan kebesaran sang raja, seperti piramida, sfinks, atau kuil-kuil.

Mesir menjadi negeri yang makmur tidak hanya lantaran produktivitas pertanian dan perkebunan, tetapi juga hubungan diplomatik dan perniagaan yang terjalin dengan bangsa-bangsa lain.

Kematian Iskandar Agung menyebabkan kekaisaran besar yang telah dibentuknya terpecah-belah. Sepeninggalannya, Mesir dikendalikan wakil kaisar Makedonia tersebut, Cleomenes.

Seiring waktu, Iskandariah makin tumbuh tidak hanya sebagai pusat kebudayaan Hellenis. Dengan karakteristik kosmopolitan, kota ini mengalami perkembangan yang pesat dalam bidang kesenian, kesusastraan, arsitektur, musik, filsafat, matematika, dan sains.

S Labib, R Guest, dan CE Bosworth dalam ensiklopedia Historic Cities of the Islamic Worldmenjelaskan dinamika peradaban yang mengisi sejarah Iskandariah. Sejak abad ketiga SM, perpustakaan besar yang menampung lebih dari 700 ribu manuskrip telah berdiri di kota tersebut.

Situs tempat kegiatan ilmiah, termasuk penerjemahan teks-teks klasik dari kebudayaan Yunani, Persia, dan Yahudi itu bertahan hingga abad keempat Masehi.Kekaisaran Romawi menguasai Mesir dan menjadikan Iskandariah kota terbesar kedua setelah Roma (Italia). Agama Kristen mulai mendominasi aktivitas intelektual dan kebudayaan di sana.

Sejak abad ketujuh, Islam tampil sebagai kekuatan baru di Semenanjung Arab.Nabi Muhammad SAW mengirim sejumlah utusan ke berbagai penjuru, baik Arab maupun non-Arab untuk mengajak para pemimpinnya kepada agama ini.

Di Iskandariah, Raja Muqauqis menerima duta Rasulullah SAW dengan penuh kehormatan. Melalui surat balasannya, penguasa Mesir itu menyampaikan kepada Nabi SAW bahwa dia sungguh beriman akan datangnya utusan Allah setelah Nabi Isa AS, tetapi kedatangannya di Suriah, bukan Arab.Walaupun enggan memeluk Islam, dia mengirimkan banyak hadiah ke Madinah.

Kekaisaran Persia merebut Mesir dari Romawi Timur (Byzantium) pada permulaan abad ketujuh. Akan tetapi, pemerintahan nya tidak bertahan lama, menyusul penaklukan bangsa Arab atas Persia pada 632.

Mesir akhirnya dikuasai Islam sejak 642 M. Empat tahun kemudian, penguasa Muslim mulai mengendalikan seluruh Iskandariah. Banyak orang-orang Yunani yang lantas hijrah ke wilayah Asia Barat yang masih dikendalikan Byzantium.

Bagaimanapun, balatentara Muslim tidak pernah membumihanguskan Mesir. Cerita tentang penakluk Arab, Amr bin al- Ash, yang memerintahkan pemusnahan atas per pustakaan Iskandariah tidak dapat diper tanggungjawabkan secara ilmiah dan lebih sebagai propaganda orientalis.

Orang-orang Arab justru mengakui pencapaian peradaban yang terdapat di Iskandariah. Sebagai contoh, sistem tata kota, istana-istana, pemandian umum, dan kanal-kanal di sana telah berlaku sejak zaman Yunani Kuno. Jalan-jalan di kota ini pada waktu itu tampak seperti garis-garis pada papan catur bila dilihat dari atas.

Pada musim dingin air hujan yang mengguyur Iskandariah dapat mengalir dengan lancar menuju laut. Sementara itu, pada musim panas, saluran-saluran menyup lai kebutuhan air dari Sungai Nil kepada seluruh penduduk.

Hal lainnya yang diakui para penakluk Arab adalah sistem pertahanan. Iskandariah dikelilingi benteng-benteng pelindung yang kokoh. Pada awal masuknya Islam ke Mesir, keadaan tembok itu dibiarkan sebagaimana adanya.

Khalifah al-Mutawakkil dari Dinasti Abbasiyah kemudian membangun benteng- benteng baru di dekat yang sudah ada sejak zaman Hellenis-Romawi. Penguasa-pengua sa Muslim berikutnya, seperti Ahmad bin Tulun, Shalahuddin al-Ayyubi, Sultan Baybars, atau Sultan Al-Ashraf Sha'ban dari Dinasti Bahri, juga memperkuat Iskandariah dengan cara serupa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement