REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Masyarakat Kota Sukabumi diminta mewaspadai terjadinya cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa hari ke depan. Hal ini ditandai dengan turunnya hujan yang disertai angin kencang pada saat peralihan cuaca dari kemarau ke musim hujan.
‘’Saat ini yang perlu diwaspadai adalah cuaca ekstrem berupa angin kencang,’’ ujar Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sukabumi, Zulkarnain Barhami kepada Republika.co.id, Senin (3/9). Fenomena tersebut biasanya terjadi pada momen pergantian musim dari kemarau ke hujan atau sebaliknya.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Zulkarnain menyebutkan pada September 2018 sebagian wilayah di Jawa Barat akan turun hujan meskipun pada musim kemarau. Wilayah Kota Sukabumi masuk dalam kategori sifat hujan normal hampir sama dengan mayoritas daerah lainnya di Jabar.
Zulkarnain menuturkan, distribusi curah hujan bulanan pada September di Kota Sukabumi diperkirakan mencapai 101–300 mm. Adanya peralihan cuaca ini menyebabkan cuaca ekstrem yang harus diwaspadai masyarakat.
Terutama kata Zulkarnain bencana angin kencang yang dikhawatirkan merusak rumah atau menimbulkan korban jiwa. Harapannya masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan khususnya ketika terjadi hujan yang disertai angin kencang.
Di sisi lain lanjut Zulkarnain, daerah membutuhkan alat meteorologi untuk memantau cuaca dan prediksi iklim yang bersifat regional. Meskipun saat ini pemantauan cuaca dan iklim sudah dilakukan BMKG.
‘’Namun alat yang bersifat regional ini penting untuk melengkapi sistem kesiapsiagaan daerah dalam menghadapi bencana hidrometeorologi,’’ cetus Zulkarnain. Pengertian bencana hidrometeorologi adalah bencana alam yang terjadi sebagai dampak dari fenomena meteorologi seperti angin kencang hujan lebat, dan gelombang tinggi. Jika alat tersebut tersedia maka upaya antisipasi bencana hidrometeorologi bisa dilakukan dengan cepat daana terukur.
Di sisi lain terkait dampak kekeringan di Kota Sukabumi belum ada penambahan jumlah wilayah yang terdampak. ‘’Hingga awal September tetap dua kecamatan yang melaporkan dampak kekeringan,’’ ujar Zulkarnain. Rinciannya satu titik di Kecamatan Lembursitu dan tiga titik di Kecamatan Citamiang.
Menurut Zulkarnain, laporan kekeringan ini berasal dari petugas kelurahan dan kecamatan yang disampaikan ke BPBD. Laporan ini sudah ditindaklanjuti dengan mengecek langsung ke lapangan. Rata-rata laporan kekeringan ini menyangkut sarana pengairan untuk lahan pertanian yang kini telah ditangani Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan.