Senin 03 Sep 2018 15:12 WIB

Ustaz Somad Disarankan Silaturahim ke Ormas-Ormas

MUI juga meminta masyarakat tidak main hakim sendiri.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Ustaz Abdul Somad  saat menyampaikan ceramah di Masjid Baitussalam, Serpong, Tangerang, Rabu (11/7).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ustaz Abdul Somad saat menyampaikan ceramah di Masjid Baitussalam, Serpong, Tangerang, Rabu (11/7).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ustaz Abdul Somad terpaksa membatalkan agenda taushiyah di Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pembatalan agenda taushiyah tersebut terjadi karena dia mengaku menerima ancaman dan intimidasi.

Menanggapi hal tersebut, Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyarankan Ustaz Somad bisa silaturrahim ke ormas-ormas Islam untuk menjelaskan kesalahpahaman masyarakat terhadap dirinya. MUI juga meminta masyarakat tidak main hakim sendiri.

Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, KH Muhammad Cholil Nafis berharap Ustaz Somad bersilaturahim ke tokoh-tokoh ormas dan berkomunikasi dengan tokoh-tokoh masyarakat. Tujuannya untuk silaturrahim dan memberikan tabayyun terkait hal-hal yang dilakukan masyarakat.

"Saya sarankan Ustaz Somad datang kepada Ketua Umum Muhammadiyah, Ketua Umum Nahdlatul Ulama, Ketua Umum MUI untuk menjelaskan kesalahpahaman masyarakat," kata KH Cholil kepada Republika.co.id, Senin (3/9). 

Ia menerangkan, Ustaz Somad sudah bisa di terima di Tentara Nasional Indonesia (TNI), tapi mungkin masih ada masyarakat yang salah paham terhadap Ustaz Somad. Kalau menjelaskan langsung ke masyarakat mungkin akan sulit, maka Ustaz Somad bisa datang ke tokoh-tokoh Islam di tingkat nasional dan daerah untuk menjelaskannya.

Baca Juga: Ustaz Somad: Kita Bukan Perang Lawan Israel, Cuman Ceramah!

Dia juga mengingatkan, sebaiknya semua pihak harus rekonsiliasi. Jangan ada tindakan penghadangan terhadap orang yang mau taushiyah. Semua pihak hendaknya membangun ukhuwah Islamiyah supaya tidak terjadi permusuhan. Aparat keamanan juga harus bisa menjamin jalannya dakwah. Kecuali sudah jelas ada yang melanggar hukum, maka boleh ditindak secara hukum.

"Tapi tidak bolehlah masyarakat itu melakukan tindakan sendiri, masyarakat tidak perlulah menolak dakwah seseorang," ujarnya.

KH Cholil menjelaskan, kalau pun ada ceramah yang mengancam nasionalisme dan NKRI, masyarakat cukup melaporkan apa yang salah dari ceramahnya. Jangan sampai masyarakat yang bukan penegak hukum melakukan penegakan hukum sendiri. Dia menegaskan, terjadinya tolak menolak kurang baik dalam konteks ukhuwah Islamiyah dan persatuan di Indonesia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement