Senin 03 Sep 2018 22:27 WIB

Pertumbuhan Reksa Dana Syariah tak Signifikan

Kondisi pasar modal yang berfluktuasi menjadi penyebab tidak bergairahnya reksa dana.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusomonegara (batik cokelat) dalam peluncuran produk baru reksadana pasar uang syariah bernama Manulife Dana Kas Syariah (MDKS) di Jakarta, Jumat (31/8). Produk ini menawarkan minimal setoran yang terjangkau, yakni mulai dari Rp 10ribu.
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusomonegara (batik cokelat) dalam peluncuran produk baru reksadana pasar uang syariah bernama Manulife Dana Kas Syariah (MDKS) di Jakarta, Jumat (31/8). Produk ini menawarkan minimal setoran yang terjangkau, yakni mulai dari Rp 10ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi, pertumbuhan asset under management (AUM) atau dana kelolaan reksa dana syariah pada 2018 tidak akan setinggi pencapaian 2017. Menurut data OJK, dana kelolaan reksadana syariah tumbuh signifikan dari Rp 14,9 triliun di 2016 menjadi Rp 28,3 triliun di 2017.

Direktur Pasar Modal Syariah Fadilah Kartikasasi menjelaskan, pertumbuhan signifikan pada tahun lalu terjadi karena banyaknya inovasi produk dan insentif baru bermunculan. Di antaranya, reksadana syariah berbasis efek syariah luar negeri.

Untuk tahun ini, kondisi pasar modal cenderung berfluktuasi dengan faktor ekonomi global yang sedang bergejolak. Dampaknya, produk baru tidak banyak bermunculan, sehingga jumlah dana kelolaan sulit untuk tumbuh signifikan. 

"Saya tidak berani terlalu optimistis (bisa sepesat tahun 2017)," ujarnya ketika ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, belum lama ini.

OJK mencatat, jumlah dana kelolaan reksa dana syariah hingga 16 Agustus 2018 adalah sebesar Rp 32,2 triliun. Angka terseut hanya mengalami peningkatan 13,78 persen secara year to date (ytd).

Berdasarkan catatan Fadilah, menurut jumlah, reksadana saham dan terproteksi masih mendominasi dengan jumlah 54 produk 38 produk. Sementara itu, reksadana syariah pendapatan tetap dan pasar uang berjumlah 22 produk dan 30 produk.

Agar reksadana syariah berkembang, Fadilah berharap pelaku di industri ini gencar melakukan edukasi ke masyarakat luas. Di antaranya dengan memanfaatkan fintech untuk memberikan kemudahaan akses bagi masyarakat ke produk-produk pasar modal syariah dan menyediakan variasi produk investasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia dan harga terjangkau.

Ketua Unit Pengelolaan Investasi Syariah (UPIS) Manulife Aset Management Indonesia (MAMI) Justitia Tripurwasani menjelaskan, MAMI telah melakukan ragam upaya untuk meningkatkan inklusi reksa dana syariah. "Ini seiring dengan upaya OJK untuk mengembangkan pasar modal syariah," ujarnya.

Upaya MAMI diawali dengan pembentukan UPIS sejak tahun lalu. Kemudian, MAMI juga membuat modul edukasi finansial syariah dan menjalin kerja sama dengan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES bersama NU Online untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan reksa dana syariah. Setidaknya, 2.800 aktivitas edukasi finansial dilakukan pada tahun lalu.

Presiden Direktur MAMI Legowo Kusumonegoro menjelaskan, pihaknya terus berupaya melengkapi ragam produk reksa dana syariah yang sudah menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Melalui upaya ini, MAMI telah mengalami pertumbuhan 474 persen dalam AUM reksa dana syariah untuk periode satu tahun.

Legowo menambahkan, pada akhir Juni 2017, AUM reksa dana syariah MAMI sejumlah Rp 1,3 triliun yang terus meningkat sampai Rp 7,7 triliun pada Juni 2018. "Artinya, reksa dana syariah MAMI memberikan kontribusi sebesar 27 persen bagi AUM reksa dana MAMI yang sejumlah Rp 28,9 triliun pada akhir Juni 2018," tuturnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement