Selasa 04 Sep 2018 13:56 WIB

Penaklukan Afrika Utara dan Perlawanan Sengit Suku Berber

pasukan Arab menjelajahi Afrika Utara setelah sebelumnya merebut Mesir dari Bizantium

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
Masjid Agung Tripoli
Foto: Wikipedia
Masjid Agung Tripoli

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Adalah panglima Muslim, Amr bin al-Ash yang memimpin pasukan Arab menjelajahi Afrika Utara setelah sebelumnya merebut Mesir dari tangan Bizantium.

Di bawah perintah Khalifah Umar bin Khattab di Madinah, pasukan Amr berhasil menguasai Sirenaika pada 642 M. Tripolitania ditaklukkan pada tahun 647 M. Panglima Uqbah bin Nafi kemudian memimpin pasukan Arab untuk menguasai Fezzan pada 663 M.

Namun, pasukan Arab menghadapi perlawanan sengit dari bangsa Berber. Akibatnya, invasi bangsa Arab di Afrika Utara sempat mengalami kemandekan. Menyadari posisi penting Afrika Utara dalam kampanye melawan kekuatan Bizantium, akhirnya pasukan dalam jumlah besar dikerahkan untuk menguasai provinsi Romawi di Tunisia pada 670 M. Uqbah mendirikan Kota Kairouan (al-Qayrawan) sebagai basis militer untuk menguasai Kartago yang dipertahankan Garnisun Bizantium.

Perlawanan Berber membuat pasukan Arab terpukul mundur dua kali. Namun, dengan memanfaatkan pasukan Berber yang telah masuk Islam untuk ikut berperang, pasukan Arab dengan kekuatan lebih besar akhirnya berhasil menguasai Kartago pada 693 M dan kemudian merangsek ke Maroko pada 710 M.

Dua tahun kemudian, Spanyol bagian selatan atau Andalusia ber hasil ditaklukkan sehingga wilayah Maghribi termasuk Tripolitania dan Sirenaika berada di bawah kendali Dinasti Umayyah di Damaskus.

Di Afrika Utara, orang-orang Arab bertindak sebagai penakluk dan juga penyebar agama, tetapi bukan kolonis. Artinya, pasukan Arab melakukan ekspedisi penaklukan tanpa membawa keluarga.

Di sepanjang wilayah yang ditaklukkan, mereka menikahi perempuan setempat sebagai cara penyebaran budaya Arab dan juga agama Islam. Meskipun suku Berber menolak dominasi politik Arab, mereka dengan cepat merengkuh agama Islam.

Dengan karakteristik mencintai kebebasan dan taat beragama, orang Berber menjalankan Islam sesuai dengan paham yang mereka yakini, yaitu lebih menyukai menganut sekte sempalan dibanding paham Islam seperti yang dibawa orang Arab.

Hal ini juga merupakan bentuk perlawanan dan upaya membedakan diri dari orang Arab. Salah satunya adalah sekte Kharijit yang muncul di Afrika Utara pada pertengahan abad ke-8 M.

Sekte ini meyakini bahwa setiap Muslim bisa menjadi khalifah tanpa memandang ras, kedudukan, atau ada tidaknya garis keturunan dari Nabi Muhammad SAW. Hal ini merupakan perlawanan politis atas paham orang Arab saat itu yang memandang kekhalifahan adalah hak dari klan Quraisy.

Paham Kharijit ini terus menggelar perlawanan terhadap kekuasaan Arab dan berperan dalam ke kacauan saat Dinasti Umayyah di tumbangkan oleh Dinasti Abbasiyah pada abad ke-8. Gerakan Kharijit sempat mendirikan beberapa kerajaan kecil yang hanya berumur pendek, salah satunya didirikan oleh Bani Khattab di Fezzan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement