REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan awal musim hujan di Indonesia untuk tahun 2018 dan 2019 tidak akan terjadi secara serentak. Namun, secara keseluruhan semuanya akan mengalami kemunduran.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan sebanyak 78 ZOM (Zona Musim) atau 22,8 persen di wilayah Sumatera, sebagian besar Jawa, NTT, dan sebagian Sulawesi akan mengalami awal musim hujan pada Oktober 2018. Sementara, sebanyak 147 ZOM atau 40 persen meliputi Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, Kalimantan, Papua, yaitu 85 ZOM atau 24,9 persen akan mulai mengalami musim hujan di Desember 2018.
Hal ini menunjukkan musim kemarau akan terjadi lebih panjang. Oleh karena itu, Dwikorita mengatakan masyarakat harus mewaspadai potensi kebakaran hutan karena musim kering ini.
"Terutama tadi di Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sumatera, berarti musim kemaraunya tambah panjang. Nah potensi untuk kekeringan dan kebakaran lahan menjadi tambah panjang. Itu yang perlu diwaspadai," kata Dwikorita, di Kantor BMKG, Jakarta, Selasa (4/9).
Selain mewaspadai potensi kebakaran hutan, pada saat transisi musim hujan dari musim kemarau ada beberapa hal yang juga perlu diwaspadai. Dwikorita mencontohkan terjadinya puting beliung, angin kencang, dan hujan lebat.
Saat ini, terjadi perubahan pada atmosfer sehingga kadang terjadi hal yang tidak terduga. Terkait hal ini, masyarakat juga harus lebih berhati-hati dalam beraktivitas agar tidak diganggu oleh cuaca.
"Ada pengaruh munson, ada pengaruh el nino. Oleh karena itu perubahannya kadang-kadang tidak terduga, musim kemarau kok tiba-tiba ada hujan lebat. Maka kami mohon, kami imbau warga masyarakat untuk selalu lebih waspada pada cuaca," katanya lagi.