REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Perum Bulog Divisi Regional Sumatra Barat (Divre Sumbar) menyalurkan 500 ton beras medium ke tiga kota, yakni Solok, Bukittinggi, dan Padang. Penyaluran beras itu berbarengan dengan jurus yang sama di daerah-daerah lain di Indonesia pada pekan ini, melalui program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) beras.
Penyaluran beras di Sumbar dilakukan demi menekan risiko melambungnya harga beras, meski hingga saat ini harga beras di pasaran masih terpantau stabil. Kepala Divre Bulog Sumbar, Suharto Djabar, menjelaskan bahwa intervensi pasar memang merupakan kebijakan pemerintah pusat untuk memperkecil risiko lonjakan harga beras, menyusul musim kemarau yang berbuntut pada gagal panen di sejumlah daerah.
Meskipun, petani padi di Sumbar tidak mengikuti pola musim panen pada umumnya. Di Sumbar, panen padi bisa dilakukan setiap bulan karena petani tidak menganut periode tanam tertentu.
"Tapi langkah ini tetap dilakukan untuk mencegah adanya lonjakan harga beras," kata Suharto usai melepas distribusi beras ke tiga kota di Sumbar dari gudang Bulog di Pampangan Bypass, Kota Padang, Selasa (4/9).
Suharto menambahkan, sebanyak 500 ton beras medium yang dilepas seharga Rp 8.600 dari gudang Bulog itu dilempar ke pasar modern Kota Solok, Pasar Bawah Kota Bukittinggi, dan 59 titik yang tersebar di Kota Padang.
"Harga jual di pasaran tidak boleh lebih dari HET yakni Rp 9.450. Artinya, pedagang jual di bawah HET. Kalau kita temukan nanti dilapangan lebih tinggi, kita tindak bersama," katanya.
Pengiriman beras baru dilakukan sekarang, kata Suharto, karena mengikuti musim tanam di Pulau Jawa yang sudah masuk paceklik. Bulog sendiri mengantisipasi paceklik di Jawa bisa berimbas ke daerah lain, termasuk Pulau Sumatra. Bulog, ujar Suharto, juga menjamin ketersediaan beras untuk Sumbar hingga akhir tahun 2018 dengan jumlah pasokan 20 ribu ton.
"Sepuluh bulan ke depan stok beras kita aman artinya harga aman dan terkendali," katanya.
Berdasarkan pengamatan di Pasar Raya Kota Padang pada Selasa (4/9), harga beras memang relatif stabil. Salah satu pedagang beras, Januar (51 tahun), menyebutkan bahwa beras IR 42 dijual di angka Rp 20 ribu per gantang, beras Muaro Labuah dijual Rp 16 ribu per gantang, Anak Daro Rp 22 ribu per gantang, dan beras Sokan Solok Rp 23 ribu per gantang. Pedagang di Sumbar memang terbiasa menjual beras dengan satuang gantang, alih-alih per kilogram.
"Angka itu masih stabil selama beberapa pekan ini," katanya.