REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Spanyol telah membatalkan penjualan 400 bom ke Arab Saudi. Spanyol khawatir bahwa bom itu akan digunakan oleh koalisi Arab Saudi untuk perang Yaman.
Radio Cadena SER melaporkan pada Selasa (4/9) bahwa kesepakatan itu awalnya ditandatangani pada 2015 di bawah pemerintah konservatif Spanyol. Tetapi pemerintahan sayap kiri yang berkuasa saat ini berencana mengembalikan 9,2 juta euro yang sudah dibayar oleh Saudi.
Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan mengkonfirmasi laporan itu. Tetapi ia menolak untuk memberi penjelasan lebih lanjut. Kedutaan Saudi di Madrid juga belum menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah mengkritik serangan udara koalisi dan serangan lainnya di Yaman. Serangan itu membunuh warga sipil, termasuk anak-anak.
PBB menuduh aliansi militer Saudi-UAE melakukan kejahatan perang di Yaman. Serangan udara oleh koalisi pimpinan Saudi di pasar, pesta pernikahan, dan kapal-kapal nelayan telah menimbulkan banyak korban sipil.
Arab Saudi memimpin aliansi yang didukung Barat. Mereka berusaha mengembalikan pemerintah yang diakui secara internasional Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi. Hadi digulingkan dari ibu kota Sanaa oleh Houthi pada 2015.
PBB mengatakan Houthi telah menembakkan rudal ke Arab Saudi, memblokir pengiriman pasokan ke Taiz dan menembaki kota strategis dari dataran tinggi. Mereka juga melakukan penyiksaan dan kejahatan perang.
Menurut para ahli independen dalam laporan pertama mereka kepada Dewan Hak Asasi Manusia, pasukan koalisi telah memberlakukan pembatasan ketat pada pelabuhan Laut Merah dan bandara Sanaa. Hal itu menghalangi pasokan penting bagi warga Yaman yang mungkin juga merupakan kejahatan internasional.