Rabu 05 Sep 2018 07:18 WIB

Bulog Lampung Serap 80 Ribu Ton Beras Petani

Beras impor dari pemerintah pusat disimpan sebagai cadangan.

Petugas mengecek stok beras di Gudang Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (4/9).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas mengecek stok beras di Gudang Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (4/9).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Bulog Divisi Regional Lampung hingga saat ini telah menyerap sekitar 80 ribu ton beras petani. Jumlah ini masih jauh dari target 115.000 ton pada tahun 2018.

"Hingga saat ini Bulog masih terus menyerap beras dari petani, dengan rata-rata 60-70 ton beras per hari," kata Kepala Bidang Operasional dan Pelayan Publik (OPP) Bulog Divre Lampung, Joko Tri Septanto di Bandarlampung, Rabu (5/9).

Ia menyebutkan jumlah serapan itu jauh berkurang mengingat telah berakhirnya masa panen. Pada masa panen, biasanya Bulog bisa menyerap 200-300 ton beras per hari. Namun, lanjutnya, Bulog Lampung memperkirakan bahwa target penyerapan beras petani sebesar 115.000 ton pada 2018 dapat terpenuhi. 

Baca juga, Bulog Sumbar Banjiri Pasar dengan Beras Kualitas Medium

Penyerapan beras petani akan terus dilakukan hingga akhir tahun, dengan membeli beras dari petani  Rp 8.030 per kilogram. Harga tersebut lanjutnya, sesuai yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk harga beras medium.

"Kami akan terus menyerap beras petani sampai sekarang kurang lebih sekitar 80 ribu ton telah dibeli Bulog," tambah Joko Tri Septanto.

Terkait beras impor yang akan masuk ke Provinsi Lampung dalam waktu dekat, Joko menjelaskan beras itu peruntukkannya untuk cadangan beras. Terutama, cadangan beras daerah di Sumatera Bagian Selatan seperti Jambi, Bengkulu dan Palembang yang bukan merupakan produsen beras seperti Lampung.

Sejak Januari hingga saat ini, sudah 50 ribu ton beras impor masuk ke Lampung. Sebagian beras telah disalurkan dan sebagian masih tersimpan di gudang sebagai cadangan.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement