Rabu 05 Sep 2018 08:32 WIB

Antisipasi Kebakaran Berulang, Patroli Ditingkatkan di Bromo

Selama tiga hari penanganan kebakaran kawasan Bromo ditangani bersama warga dan TNBTS

Savana di Gunung Bromo yang terbakar, Selasa (12/9)
Foto: Istiwa
Savana di Gunung Bromo yang terbakar, Selasa (12/9)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Setelah tiga hari terbakar, masyarakat dan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) meningkatkan patroli pengamanan padang savana di kawasan Gunung Bromo, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kepala BBTNBTS Jhon Kenedie dalam keterangan tertulisnya Rabu (5/9) mengatakan peningkatan patroli pemantauan di kawasan TNBTS dilakukan untuk mencegah kembali terjadinya kebakaran seperti yang menimpa kawasan padang savana Gunung Bromo.

Jhon mengatakan kebakaran pertama kali terpantau Sabtu (1/9), pukul 09.45 WIB. Ini terpantai oleh anggota patroli yang terdiri atas personel TNBTS dan mitra TNBTS. Titik api berawal dari blok Plentongan Resort Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Tengger Laut Pasir yang berbatasan dengan Blok Jemplang Resort PTN Wilayah Coban Trisula. "Petugas gabungan dari TNBTS dan masyarakat sejumlah 15 orang segera bergerak untuk melakukan upaya penanganan pendahuluan agar api tidak menyebar meluas," katanya.

Upaya pendahuluan ini rupanya belum cukup berhasil melokalisir api. Oleh karena itu, BBTNBTS mengerahkan tim bantuan sebanyak 83 orang yang terdiri atas personel TNBTS, Masyarakat Mitra Polhut (MMP), Masyarakat Peduli Api (MPA), Polsek Poncokusumo dan masyarakat. Tim ini didukung lima unit mobil, dua unit kendaraan roda tiga, dan sembilan unit kendaraan roda dua.

"Kesulitan utama dari proses pemadaman yang belum berhasil adalah faktor bahan bakar yang sudah sangat kering, elevasi topografi berupa lereng dengan kemiringan 45 sampai dengan 60 derajat, dengan dominasi serasah ukuran 80 sampai 150 cm (85 persen), disamping jenis lain yaitu cemara gunung dan akasia (15 persen)," kata Jhon.

Penanganan pengendalian kebakaran savana hari kedua, dilakukan Ahad (2/9). Penanganan ini mendapat dukungan dalam jumlah yang cukup besar. Polres Malang Kepanjen memobilisasi personel Polri sebanyak 100 orang. Begitu pula Perhutani, BPBD, Tagana, TNI, masyarakat dan unsur lainnya, dengan kekuatan 320 orang.

Mereka disebar di beberapa titik yaitu Jemplang, Watu Gede, dan Savana Teletubies (kaki Jenggot) yang didukung lima unit Bigbon, dan satu unit kendaraan pengangkut air kapasitas 4.000 liter. Sementara itu, pantauan hotspot berdasarkan Hotspot Information Land Forest Alert Satelit LAPAN pada Sabtu (1/9) terlihat delapan titik hotspot.

Pada Ahad (2/9) siang terlihat 274 titik, sedangkan malam harinya titik api menurun menjadi 191 titik. Pada Senin (3/9), pagi, terpantau titik api menurun menjadi 15 hotspot, kemudian titik api semakin menurun hanya enam titik menjelang siang.

Jhon mengatakan diperlukan sejumlah langkah strategis untuk mencegah hal serupa terjadi di kemudian hari. Salah satunya yaitu dengan meningkatkan koordinasi dengan pemangku kepentingan terkait.

"Kami juga mengusulkan peningkatan sarana pengendalian kebakaran hutan berupa mobil pengangkut air, pompa penyemprot air, dan peralatan manual mekanik lainnya sesuai dengan topografi TNBTS. Selain itu, perlu adanya pemberdayaan mitra masyarakat dan memotivasi personil TNBTS sebagai Leading Inovation dan Leading Creator pengendalian kebakaran hutan di kawasan TNBTS," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement