Rabu 05 Sep 2018 15:59 WIB

Agustus, DIY Tercatat Deflasi 0,26 Persen

Harga telur ayam kembali menurun pasca operasi pasar di beberapa tempat.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Kepala Perwakilan BI DIY, Budi Hanoto..
Foto: Dokumen.
Kepala Perwakilan BI DIY, Budi Hanoto..

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatatkan deflasi untuk pertama kali sepanjang  2018 pada Agustus lalu. Deflasi tersebut sebesar 0,26 persen  (mtm), dengan laju inflasi bulan kalender DIY sebesar 1,60 persen (ytd) dan laju inflasi tahunan mencapai 3,03 persen (yoy).

Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Budi Hanoto, Rabu (5/9). Menurutnya, pencapaian inflasi DIY tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 3,20 persen (yoy).

Komponen volatile food mengalami deflasi sebesar -1,35 persen (mtm), lebih rendah dari periode sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,98 persen (mtm). Hal ini dipengaruhi oleh menurunnya harga komoditas telur ayam, bawang merah, dan cabai rawit.

Harga telur ayam kembali menurun pasca operasi pasar di beberapa tempat serta kembali stabilnya pasokan telur ayam dari Jawa Timur. Sementara itu, pasokan bawang merah ditopang oleh panen di Bantul dan pasokan cabai rawit dipasok di Kulonprogo dan Sleman yang saat ini sedang mengalami musim panen turut mendorong penurunan harga komoditas-komoditas tersebut.

Selanjutnya pada komponen administered price juga mengalami deflasi sebesar -1,13 persen (mtm), lebih rendah dibanding bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,58 persen(mtm). Mulai meredanya tekanan administered price disebabkan oleh deflasi tarif angkutan udara sebesar yang terjadi pertama kali dalam enam bulan terakhir.

Tarif transportasi udara cenderung menurun kembali ke harga normal pasca momen mudik lebaran dan musim liburan. Di sisi lain, Budi menambahkan, komponen inflasi inti tercatat sebesar 0,29 persen(mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,44 persen (mtm).

Terjaganya inflasi inti dipengaruhi oleh andil inflasi inti yang stabil dengan kecenderungan menurun dibanding rata-rata tiga tahun sebelumnya. Adapun faktor penyebab inflasi inti pada Agustus 2018 dipengaruhi oleh peningkatan biaya pendidikan baik Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas yang secara serentak mengalami inflasi seiring dengan siklus tahun ajaran baru.

Selain itu, harga makanan jadi seperti soto juga mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan harga daging ayam ras pada beberapa bulan terakhir. Sementara itu, Emas Perhiasan menahan tingkat inflasi yang lebih tinggi, seiring dengan harga emas dunia yang cenderung turun lantaran tertekan oleh penguatan dolar AS.

Terjaganya stabilitas inflasi DIY pada periode laporan tidak terlepas dari sinergi dan koordinasi antara Bank Indonesia DIY dan Pemerintah DIY melalui forum TPID DIY. Antara lain melalui  pemantauan harga dan distributor, menjaga kecukupan pasokan melalui TTI Center, Rumah Pangan Kita, Kios Segoro Amarto,  menjaga keterjangkauan harga melalui operasi pasar dan pasar murah, serta iklan layanan masyarakat untuk berbelanja bijak.

"Ke depan, Bank Indonesia DIY dan Pemda DIY akan terus berkoordinasi meningkatkan sinergi dalam rangka menjaga stabilisasi harga di DIY untuk mencapai sasaran target inflasi 2018 sebesar 3,5 persen±1 persen (yoy)," kata Budi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement