REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ardian Sopa menilai, gerakan #2019GantiPresiden berpengaruh dalam meningkatkan elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di media sosial (medsos). Berdasarkan survei LSI, gerakan #2019GantiPresiden disukai oleh 63,2 persen pengguna medsos, sedangkan yang tidak suka hanya 30 persen.
"Sejauh ini kita saksikan memang betul (gerakan #2019GantiPresiden menambah elektabilitas Prabowo-Sandiaga)," kata dia di Jakarta, Rabu (5/9).
Bahkan, ia melanjutkan, bukan hanya tagar itu yang memengaruhi penambahan elektabilitas Prabowo-Sandiaga. Menurut dia, pengguna media sosial sendiri bisa menaikkan dukungan terhadap Prabowo-Sandiaga.
Ardian menjelaskan, elektabilitas Prabowo-Sandiaga sangat tertinggal dari pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin di kalangan bukan pengguna medsos, yaitu 25,5 persen berbanding 53,7 persen. Namun, selisih elektabilitas di ranah pengguna medsos hanya selisih 8,8 persen, 48,3 persen untuk pejawat dan 39,5 persen bagi penantang.
Meski begitu, tingkat kesukaan pada gerakan #2019GantiPresiden cenderung terhambat ketika terjadi pro-kontra. "Tapi ke depannya, apakah bisa naik atau tidak? Tergantung dari pengolahan opini yang ada di masyarakat," ujar dia.
Menurut Ardian, ketika opini positif diarahkan terhadap tagar tersebut, dukungan masyarakat pengguna medsos kepada Prabowo-Sandiaga. Sebaliknya, jika banyak serangan atau hal negatif dilakukan terhadap gerakan #2019GantiPresiden, dukungan juga akan menurun.
Sementara untuk Jokowi-Ma'ruf, ia menilai, gerakan #Jokowi2Periode sedikit banyak memberi sumbangsih pada elektabilitas pasangan itu. Namun, tingkat kesukaan masyarakat jauh lebih tinggi untuk gerakan #2019GantiPresiden.
"Sejauh ini kita mencari alasan keunggulan Jokowi dari Prabowo itu di medsos tipis. Tentu kita juga mengkaji hal-hal yang lain, tetapi memang #Jokowi2Periode bersumbang. Namun tidak bisa melihat sumbangsihnya berapa besar, tapi itu berpengaruh," katanya.