Rabu 05 Sep 2018 21:38 WIB

Ganjar Pranowo: Ganti Presiden Itu Maksudnya Ganti Khilafah?

Ganjar akan berkoordinasi dengan kepolisian untuk mengetahui duduk perkaranya.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Muhammad Hafil
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berjalan usai menyambangi  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Rabu (9/5).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berjalan usai menyambangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta, Rabu (9/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Tengah  Ganjar Pranowo mengaku  belum mengetahui adanya larangan acara jalan sehat yang akan menghadirkan dua tokoh gerakan #2019GantiPresiden, Ahmad Dhani dan Neno Warisman, di Solo pada Ahad (9/9) nanti. Meskipun belum mengetahui adanya rencana aksi tersebut, Ganjar  akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk mengetahui duduk perkaranya.

"Nanti akan saya cek yang tanggal 9 September kalau tidak salah ya, tapi saya cek dulu apa persoalannya," kata Ganjar di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (5/9).

Dalam kesempatan itu, Ganjar juga menyarankan agar kampanye #2019GantiPresiden untuk menyebut dengan jelas pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusung. Diketahui, saat ini sudah ada pasangan yakni Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

"Saya sih sebenarnya mengusulkan mbok deklarasinya deklarasi capres gitu kan, lebih jelas. Wong calonnya sudah dua kok," kata dia.

"Ganti presiden itu maksudnya ganti sistem atau ganti apa, mau ganti khilafah. Mau ganti apa? Ganti kerajaan? Sudahlah jelas-jelasan aja lah, saya dukung Jokowi, saya dukung Prabowo, selesai kan," tambahnya.

Polresta Solo, tidak mengeluarkan izin terkait kegiatan jalan sehat umat Islam dan masyarakat Solo di Kota Barat. Rencana jalan santai tersebut, akan dihadiri oleh Neno Warisman dan Ahmad Dhani.

Wakil Kepala Polresta Solo, AKBP Andy Rifa'i mengungkapkan, Polresta Solo tidak menerbitkan izin untuk penyelenggaraan kegiatan jalan santai.

"Polisi tidak mengeluarkan izin, karena faktor pertimbangan kita adalah soal pertimbangan keamanan," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement