Kamis 06 Sep 2018 13:29 WIB

Rupiah Anjlok, Pedagang Tempe Perkecil Ukuran

Pedagang tidak menaikkan harga.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolanda
Seorang pedagang, Becky (30 tahun) di Pasar Tebet Barat, Kamis (6/9) tengah mengiris tempe untuk dibungkus dengan daun pisang. Harga tempe dan tahu belum mengalami kenaikan meski rupiah terus melemah dan memicu kenaikan harga kedelai impor. Pedagang memilih untuk mengecilkan ukuran agar keuntungan yang diperoleh tetap sama.
Foto: Dedy Darmawan Nasution
Seorang pedagang, Becky (30 tahun) di Pasar Tebet Barat, Kamis (6/9) tengah mengiris tempe untuk dibungkus dengan daun pisang. Harga tempe dan tahu belum mengalami kenaikan meski rupiah terus melemah dan memicu kenaikan harga kedelai impor. Pedagang memilih untuk mengecilkan ukuran agar keuntungan yang diperoleh tetap sama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terus melemah hingga ke level rata-rata Rp 14.900 per dolar AS. Pelemahan tersebut berdampak pada harga bahan-bahan pokok yang bersumber dari impor. Salah satunya komoditas kacang kedelai yang menjadi bahan baku pembuatan tempe dan tahu.  

Salah satu pedagang tempe dan tahu di Pasar Tebet Barat, Jakarta Selatan, Becky (30 tahun), mengatakan, saat ini rata-rata harga tempe sebesar Rp 6.000 per setengah kilogram. Sementara untuk ukuran tempe dengan berat tujuh ons dihargai Rp 10 ribu. Menurut dia, hingga saat ini harga masih normal. Sedangkan harga yang sama juga berlaku untuk tahu.  

"Harga masih belum berubah, tapi kemungkinan ukurannya yang jadi lebih kecil," kata Becky saat ditemui di Pasar Tebet Barat, Kamis (6/9). 

Ia tak mengetahui berapa harga kacang kedelai saat ini. Sebab, dirinya mengambil tempe dan tahu dari Pasar Jatinegara, bukan dari produsen. Menurut dia, harga yang diterima pun sampai saat ini masih sama. Jika kenaikan harga masih wajar maka harga jual ke konsumen belum akan naik.  

Pedagang lainnya di pasar yang sama, Jaya (32) mengatakan, rata-rata keuntungan yang diambil pedagang hanya Rp 200-300 per setengah kilogram. Ia mengaku, untung itu sudah cukup besar bagi para pedagang tempe dan tahu di pasar tradisional.  

Senada dengan Becky, Jaya mengatakan, memperkecil ukuran tempe adalah cara yang paling mudah agar konsumen tidak mengeluh.  Sebab, berkaca dari pengalaman dia sebagai pedagang, meski kenaikan hanya Rp 1.000 untuk berbagai ukuran, konsumen komplain.  

"Buat orang Indonesia tempe-tahu itu salah satu makanan wajib. Rasanya ada yang kurang kalau tidak ada tempe dan tahu," tuturnya.

Meski demikian, Jaya tak memungkiri jika harga tempe dari pedagang besar terus naik maka berimbas pada harga jual di tingkat konsumen. Mau tidak mau, harga akan naik sekitar Rp 1.000 baik untuk tempe maupun tahu.  Iya meyakini, masyarakat memahami kenaikkan tersebut jika mengetahui nilai rupiah yang sedang melemah. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement