Kamis 06 Sep 2018 13:09 WIB

Perusahaan Saudi Diwajibkan Rekrut Perempuan

Kementerian dan perusahaan swasta juga diwajibkan merekrut anak muda Saudi.

Sejumlah petugas kesehatan Arab Saudi memberikan imbauan kesehatan pada jamaah haji Indonesia di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Kamis (9/8). Pada musim haji kali ini, petugas Arab Saudi kerap terlihat berinteraksi denga  jamaah dari berbagai negara termasuk Indonesia
Foto: Republika/Fitriyan Zamzami
Sejumlah petugas kesehatan Arab Saudi memberikan imbauan kesehatan pada jamaah haji Indonesia di Bandara King Abdulaziz, Jeddah, Kamis (9/8). Pada musim haji kali ini, petugas Arab Saudi kerap terlihat berinteraksi denga jamaah dari berbagai negara termasuk Indonesia

Oleh: Fitriyan Zamzami dari Jeddah, Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Kaum perempuan mulai diberdayakan sesuai target pemenuhan Visi 2030 yang dicanangkan Kerajaan Arab Saudi. Ratusan sudah mulai bertugas di bandara-bandara di Madinah dan Jeddah untuk menyambut jamaah, memberikan penyuluhan kesehatan, maupun yang bekerja sebagai tenaga medis.

“Kami sendiri sudah memenuhi target mempekerjakan seratus perempuan,” kata Ehsan A Bouges, manajer SDM perusahaan PPMDC ketika ditemui Republika.co.id di Jeddah, Rabu (5/9). Perusahaan itu yang mengoperasikan plasa dan ruang tunggu Bandara King Abdulaziz , Jeddah.

Ia mengatakan, perempuan Saudi yang mereka rekrut bertugas menyambut kedatangan jamaah dan memberikan penyuluhan kesehatan di plasa-plasa tempat jamaah menunggu sebelum diberangkatkan ke Makkah. Lainnya di bagian administrasi pengelolaan plasa dan ruang tunggu bandara.

Di Bandara Jeddah, memang nampak keberadaan petugas-petugas perempuan tersebut. Mereka biasanya hadir membawa poster-poster yang berisi imbauan agar jamaah menjaga kesehatan. Sebagian juga nampak melakukan survei kepuasan jamaah dan lainnya bertugas di klinik Bandara Jeddah.

Kebanyakan petugas perempuan itu berusia muda dan tak mengenakan cadar serta abaya hitam seperti laiknya kebanyakan perempuan Saudi. Mereka kebanyakan mengenakan kerudung longgar, tunik, dan bercelana panjang untuk membantu pergerakan.

Bouges menekankan, bukan ia saja yang diwajibkan mulai merekrut perempuan dalam jumlah besar tahun ini. Pihak terkait pengelolaan haji lainnya seperti Kementerian Haji, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Transportasi, Kementerian Pekerjaan Umum, juga perusahaan-perusahaan swasta juga disyaratkan memenuhi kuota pekerja perempuan.

Bouges yang tahun ini juga ditunjuk sebagai kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Saudi untuk Asia Tenggara itu mengatakan, kebijakan kerajaan tersebut terkait target Visi 2030 yang mereka canangkan. “Kerajaan menargetkan ada perubahan besar tahun itu,” kata dia.

Terkait pelaksanaan haji, ia mengatakan, Kerajaan Saudi menargetkan penambahan jamaah mencapai 5 juta jamaah dari total 2,3 juta jamaah haji tahun ini. Sedangkan jamaah umrah dan haji per tahun ditargetkan mencapai 13 juta dari sebanyak 7,5 juta tahun ini.

Untuk mencapai target itu, dibutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak sehingga kaum perempuan saat ini mulai dilibatkan. Selain itu, Kerajaan juga memiliki agenda pemberdayaan perempuan di berbagai bidang guna memenuhi target Visi 2030. “Tahun ini ada pemberdayaan perempuan di semua sektor,” kata dia.

Selain perempuan, kementerian dan perusahaan swasta juga diwajibkan merekrut anak muda dan kaum terpelajar asli Saudi. Jika sebelumnya sebanyak 75 persen SDM harus warga Saudi, tahun ini angka itu ditingkatkan menjadi 80 persen. Tujuannya serupa, untuk pemberdayaan kaum muda Saudi.

Sebelumnya, Perusahaan layanan penanganan darat Saudi Ground Services Co (SGS) juga menyatakan telah mempekerjakan 260 wanita selama musim haji 2018. Kebijakan itu untuk kali pertama yang dilakukan SGD.

“Musim haji tahun ini ada partisipasi 260 pekerja wanita untuk pertama kalinya dalam sejarah perusahaan,” kata CEO SGS Omar bin Mohammed Najjar dilansir di Aviation Pros, Senin (3/9).

Pada musim haji tahun ini, SGS membantu penerbangan 371.351 jamaah haji sejak 13 Agustus. SGS juga menangani 762.568 bagasi dari Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah dan Bandara Internasional Amir Muhammdd bin Abdulaziz di Madinah.

Sejak berdirinya Kerajaan Saudi pada 1920-an, kaum perempuan perlahan didorong ke belakang layar. Pengetatan pergerakan kaum perempuan kian gencar selapas 1979 selepas kerajaan menerapkan interpretasi kaku mereka atas ajaran Islam. Belakangan, sejak Pangeran Muhammad bin Salman ditunjuk sebagai putra mahkota dua tahun lalu, kebijakan itu dilonggarkan. Perempuan diizinkan keluar rumah sendirian, mengemudikan mobil, dan didorong mencari pekerjaan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement