Kamis 06 Sep 2018 14:32 WIB

Menteri LHK Minta Jajarannya Waspada Kemarau Panjang

Kementerian LHK diminta mempersiapkan langkah-langkah pengendalian karhutla.

Ilustrasi Kebakaran Hutan
Foto: Antara
Ilustrasi Kebakaran Hutan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya meminta jajarannya untuk lebih waspada dan kerja efektif mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ini mengingat prediksi BMKG menyebut kemarau berlangsung lebih panjang.

Sebagai bentuk antisipasi lanjutan atas panjangnya musim kemarau yang terjadi di Indonesia, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya di Jakarta, Kamis (6/9), mengajak seluruh jajarannya dan BMKG untuk melihat prediksi cuaca. Ini guna mempersiapkan langkah-langkah pengendalian karhutla di Indonesia.

"Bulan September selalu menjadi bulan yang cukup rawan bagi KLHK, tahun 2015 lalu kebakaran mulai terjadi di minggu pertama dan kedua bulan September ini," ujar dia.

Ia meminta seluruh pihak harus bekerja efektif, khususnya dalam melihat laporan hotspot (titik panas), harus cermat dan teliti, titik panasnya harus ditarik ketingkat akurasi 60 persen hingga 80 persen, sehingga benar-benar didapat wilayah-wilayah yang titik panasnya sangat berpotensi menjadi titik api.

Dalam periode El Nino yang tidak terlalu kuat, namun cukup panjang ini (hingga Februari 2019) beberapa wilayah di Indonesia hanya akan memiliki curah hujan sekitar 20 persen saja. Siti mengimbau seluruh jajarannya untuk melakukan koordinasi dan pendekatan aktif kepada seluruh pemerintah daerah rawan karhutla.

"Pemadaman bukan hanya untuk Asian Games 2018 saja, tapi harus terus kita lakukan," ujar Siti.

Ia juga mengatakan seluruh jajaran yang bertugas memantau tiap-tiap daerah, harus menugaskan tenaga yang membaca fluktuasi hot spot setiap hari. Hal ini penting guna mengetahui pelaku pembakaran hutan dan lahan, yang bilamana kebakaran terjadi di dalam area konsesi izin bidang KLHK dapat segera melakukan penegakan hukum serta pemberian teguran, namun bila berada di luar konsesi, namun bila berada di luar konsesi, dapat segera ditangani melalui pendekatan dan komunikasi dengan K/L terkait.

Siti juga meminta tiap-tiap UPT khususnya Taman Nasional, untuk segera menyosialisasikan pemadaman api bekas api unggun para pendaki. Serta ikut serta waspada kebakaran lahan, khususnya di wilayah Taman Nasional yang merupakan padang savana.

Berbeda dengan 2015 yang menjadi tahun kelam bagi Indonesia yang mengalami bencana asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan lahan, pada 2018 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) semakin mempersiapkan diri dan siap siaga. Tercatat KLHK telah menurunkan 1.980 orang personel Manggala Agni, Brigade Karhutla binaan UPT Konservasi Sumber Daya Alam sebanyak 108 orang serta Brigade Karhutla binaan KPH sebanyak 870 orang.

Deputi Klimatologi BMKG Herizal menerangkan bahwa di 2018, Indonesia memang mengalami kemarau yang cukup panjang. Rata-rata Pulau Jawa dan Kalimantan baru akan mengalami musim hujan pada Oktober dan November 2018.

Walaupun 2018 masih lebih basah dibanding 2015, namun ia mengatakan Indonesia diprediksi akan mengalami El Nino dengan tingkat lemah hingga moderat.

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement