REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Transisi kepemimpinan di Indonesia hanya menyisakan waktu yang tidak lagi lama. Politisi senior Akbar Tandjung berpesan, agar pemilihan umum 2014, menghasilkan transformasi kepemimpinan yang cakap.
Menurut Akbar, partai politik dan masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan nilai-nilai popularitas semata dalam menentukan kepemimpinan mendatang. ''Tahun politik ini, semestinya menjadi tahun yang baru bagi generasi kepemimpinan yang lebih baik,'' kata Akbar, dalam diskusi di Jakarta, Ahad (19/1).
Akbar mengatakan, hanya ada tiga modal dasar dalam menentukan siapa yang pantas menjadi pemimpin di Indonesia. Modal tersebut antara lain adalah kuat dan punya kapabilitas serta integritas. Kedua dirumuskan dia, tahu tentang visi dan misi berbangsa.
Selanjutnya adalah punya pengalaman dan latar belakang yang jelas.''Ini memang normatif,'' kata mantan Ketua Umum Partai Golkar ini.
Akan tetapi, ujar dia, modal dasar tersebut yang nyaris fiktif ada dalam semua calon presiden yang dimunculkan saat ini. Hal tersebut, dikatakan dia lantaran parpol juga tidak menjalankan fungsinya dengan baik dalam merekrut para kader.
Selain persoalan normatif tersebut, Akbar juga menyoroti calon pemimpin saat ini yang tidak memunculkan reaksi positif di masyarakat. Menurutnya, calon pemimpin harus dapat membawa pengaruh bagi masyarakat atas ungkapan dan perbuatannya.
Pemimpin yang gagal, kata dia, akan tampak jika masyarakat tidak memperdulikan dan cenderung nyinyir menanggapi setiap kebijakan yang dilakukannya. ''Pemimpin mendatang harus jadi acuan dalam berpikir dan memiliki pengaruh yang kuat dari kebijakan-kebijakannya,'' ujar Akbar.