REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki puncak tahun politik 2014, masyarakat perlu pemahaman yang lebih luas terkait situasi dan karakteristik pemimpin yang tepat dalam memposisikan Indonesia di dunia internasional.
Tidak menutup kemungkinan, beberapa aktor yang akan mengisi panggung pilpres nanti, merupakan perpanjangan tangan asing.
"Bahwa pemilu tidak pernah steril dari kepentingan asing," kata Direktur Eksekutif Akar Rumput (ARSC), Dimas Oky Nugroho di Jakarta, Selasa (21/1).
Sejak awal kemerdekaan, katanya, Indonesia telah merebut perhatian internasional berkat luas geografis, potensi demografis, dan kekayaan alam yang dimiliki. Tarik menarik kepentingan itu semakin intensif dalam dua dekade terakhir.
"Kepentingan mereka adalah stabilitas untuk mengamankan investasi. Karena itu, figur yang populis dan paling mampu menjaga stabilitas investasi itu yang akan didekati," tambah Dimas.
Pengajar Fakultas Ekonomi UI, Berly Martawardaya menilai, asing akan melakukan pendekatan khusus kepada para capres. Untuk itu, figur yang hendak mencalonkan diri perlu memperhatikan data dan faktor ekonomi sebagai rujukan untuk menentukan pilihan kebijakan.
"Isu penting yang perlu dipertimbangkan adalah pertumbuhan ekspor Indonesia yang meningkat, termasuk dengan India, RRC, Timur Tengah, dan Rusia," ungkapnya.
Berly menilai, para capres patut melakukan reorientasi dalam menentukan kebijakan ekonomi ke depan. Calon pemimpin perlu merangkul negara dan kekuatan ekonomi yang mampu membawa keuntungan di luar AS dan Eropa.
Ia menyebut, India dan Cina sebagai kekuatan ekonomi yang mampu membawa keuntungan secara nasional bagi Indonesia.