Home >> >>
Pemilu Dorong Permintaan Iklan Politik
Jumat , 07 Feb 2014, 15:32 WIB
Tahta Aidilla/ Republika
Spanduk sosialisasi pemilu terpasang di jalan Rawajati Timur, Jakarta, Ahad (29/12). jenis media sosial dan teknologi informasi bisa dimanfaatkan KPU untuk meningkatkan partisipasi, keingintahuan, serta aktifitas masyarakat dalam pelaksanaan pemilu 2014.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sekretaris Persatuan Perusahaan Periklanan (P3I) Jawa Timur, Agus Winoto optimistis permintaan iklan politik akan meningkat di 2014. Termasuk di Jatim.

"Apalagi, pasar iklan di Tanah Air semakin berkembang pesat," kata Agus di Surabaya, Jumat (7/2).

Indikatornya, ungkap dia, tahun lalu kenaikan belanja iklan, baik perusahaan mau pun lainnya, mencapai 17 persen. Dengan nilai secara nasional sebesar Rp 91 triliun.

"Dari jumlah itu sekitar 60 hingga 65 persen disumbang oleh DKI Jakarta. Jatim hanya berkontribusi sebesar 15 persen dari pendapatan nasional," papar dia.

Pada 2014, tambah Agus, pertumbuhan pendapatan belanja iklan diperkirakan agak melambat. Penyebabnya karena industri rokok sebagai pengiklan terbesar siap berhenti belanja iklan. "Hal tersebut ikut dipicu kebijakan pemerintah yang melarang iklan rokok," ucapnya.

Karenanya, tambah dia, mayoritas perusahaan juga sedang menunggu momentum pemilu 2014 segera terealisasi.

"Dengan semakin banyaknya iklan politik, kinerja pelaku periklanan di dalam negeri tidak sampai terjadi kontraksi," tuturnya.

Bahkan, harap dia, pendapatan belanja iklan di Tanah Air masih bisa mencatatkan angka pertumbuhan walau pun besarannya tidak seperti pencapaian 2013.

"Mengenai perkembangan iklan, pada saat ini jenis iklan konvensional seperti memakai papan billboard mulai ditinggalkan," katanya.

Tren perkembangan teknologi iklan, lanjut dia, sudah mulai bergeser. Dari iklan yang menggunakan metode konvensional beralih menuju digital.

Redaktur : Mansyur Faqih
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar