Home >> >>
PPP Bantah Anggapan Parpol Islam Tak Nasionalis
Ahad , 09 Feb 2014, 15:41 WIB
Republika/Yasin Habibi
Suryadharma Ali

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali membantah anggapan kalau parpol Islam tidak nasionalis.

"Kalau ada yang bilang parpol nasional tidak religus dan parpol Islam tidak nasional. Itu pandangan salah," kata Suryadharma di Bandung, Ahad (9/2).

Ia menuturkan, bukti parpol Islam juga nasional adalah banyaknya kontribusi tokoh atau ulama Islam pada bangsa Indonesia ini.

"Pertama di bidang pendidikan, luar biasa. Pendidikan dari ulama Islam adalah mendirikan pondok pesantren, madrasah, masjid, yang saat itu tidak tergantung pada keuangan pemerintah," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, semangat iedealisme dan cita-cita ulama saat merebut kemerdakaan bangsa ini dari kaum penjajahan juga sangat besar.

"Antara lain dalam merebut kemerdekaan. Peran mereka tidak terbantahkan, dengan kekuatan agama kemudian diejawantahkan di dalam ucapan yang dapat menggugah jiwa raga, yakni Allahu Akbar. Dengan kata itu panah ketapel bisa berhadapan dengan meriam," kata dia.

Karenanya, kata dia, pada pemilu 2014 PPP ingin menepis anggapan bahwa parpol Islam tidak nasional. "Sekarang kami juga mendapatkan tantang besar, karena stigma tersebut. Karena itu dikotomi nasional-religius itu harus dihilangkan," kata dia.

Menurut Suryadharma, Islam juga mengajarkan pengikutnya untuk menjadi orang kaya, bermoral, taat kepada aturan, membangun pendidikan, dan hidup sehat.

"Para kiai mengatakan bahwa Islam mengajarakan itu semua mereka bicara prularisme. Islam juga berbicara tentang demokrasi kebebasan," katanya.

Redaktur : Mansyur Faqih
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar