REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kontestan Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Gita Wirjawan menyatakan prihatin, kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Riau telah mengganggu kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat di daerah itu.
Ia mengatakan itu menjawab wartawan setibanya di Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau, seperti disampaikan dalam keterangan pers, Senin (24/2) malam.
Kendati pesawat yang ditumpanginya dari Jakarta sempat terhadang kabut asap dan kedatangannya di Riau tertunda atau "delay" sekitar enam jam, namun Gita Wirjawan (GW) tetap hadir di tengah kaum tani di sana, untuk memimpin penanaman pohon bersama di Desa Bukit Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Dari Bandara SSK II, Pekanbaru, GW langsung bertolak ke desa itu. GW mesti menempuh waktu tiga jam, dengan kondisi jalan berdebu dan pandangan terhalang kabut asap tebal.
Menurut para petani, saat ini mereka sudah memiliki 12 ribu bibit pohon sumbangan pemerintah. Penanaman pohon untuk areal sekitar satu hektare lahan, membutuhkan 1.000 bibit pohon.
Para petani amat berharap, dalam tempo satu tahun ke depan, sudah bisa menggarap kembali 4.000 hektare lahan mereka tersebut. GW yang mundur dari jabatannya sebagai Menteri Perdagangan ini mengaku tetap bersemangat.
Di hadapan para petani di Pelelawan, GW menegaskan, jika diperkenankan dan dipercaya menjadi pemimpin, dirinya pasti memprioritaskan reformasi bidang agraria. "Saya ingin 40 juta-an petani kita berdaulat atas lahannya. Termasuk bapak-bapak dan ibu-ibu di sini beserta seluruh anggota keluarganya," katanya sontak mendapat sambutan hangat sekitar seribuan petani yang ikut beramai-ramai menanam pohon demi menghijaukan tanah garapannya.
Rakyat yang spontan ikut dalam gerakan penanaman pohon itu, sebelumnya merupakan petani-petani tersisih. Namun dengan menjadi binaan Asosiasi Hutan Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia (AHTRMI), petani-petani ini dalam dua bulan sudah dapat menggarap kembali lahannya seluas 42 hektare.