REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Pengamat sosial politik dan kemasyarakatan Chairani Idris berpendapat, partai Islam sulit bangkit. Terutama di Kalimantan Selatan (Kalsel).
"Partai Islam agak sulit bangkit, apalagi untuk bisa berkembang maju atau lebih pesat lagi, termasuk di 'banua' (daerah) kita," ujar Ketua Umum Pengurus Wilayah Perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia Kalsel itu, Rabu (27/2).
Alasannya, kata dia, kekuatan partai politik Islam belum bisa menjadi andalan umat dalam menyampaikan aspirasi.
"Apalagi kalau politikus dari parpol Islam tidak amanah, bersikap dan berbuat yang tidak sesuai syariah. Misalnya ikut atau terlibat korupsi, sehingga bisa mengurangi kepercayaan umat," kata Ketua Umum PKB-PII Kalsel dua periode itu.
Menurut dia, pemilu 2014 kemungkinan sebagai penentu kehidupan atau pertumbuhan parpol Islam. Apakah akan masih tetap eksis atau hilang terkikis arus perpolotikan yang terus mengalami perubahan.
"Saya sependapat kalau parpol Islam harus lebih merapatkan barisan, tidak saling mau menang atau benar sendiri. Lebih dari itu, para fungsionarisnya harus betul-betul amanah," tuturnya.
Yang tak kalah penting, ujar dia, parpol Islam harus meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkin intervensi dari luar yang memang menginginkan agar parpol Islam tetap berpecah belah. Kemudian tidak bisa membentuk satu kekuatan yang utuh.
Perpecahan kekuatan parpol Islam atau umat yang mungkin belum disadari, seperti terlihat pada Pemilihan Umum Kepala Daerah atau Pilkada, kata mantan Ketua Umum PW PII Kalsel periode 1970-an itu.