Peserta memasukan jari kedalam tinta pada simulasi Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS, Jakarta, Jumat (14/2).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) melakukan pengawasan pengadaan logistik penyelenggaraan Pemilu 2014, salah satunya kualitas tinta. Hasil pengawasan Bawaslu periode Februari 2014 menunjukkan tinta masih cepat pudar.
Untuk pengawasan itu, Bawaslu langsung turun ke tiga pabrik pemenang tender tinta. Bawaslu mengecek kualitas tinta yang dilakukan di laboratorium perusahaan. Bawaslu juga mengawasi pengocokan tinta, pengisian kedalam botol/filling, pemberian label dan segel, sampai dengan pengepakan.
"Bawaslu ingin mememastikan seluruh prosedur berjalan dengan baik sebagaimana dijelaskan pihak pengawas dari KPU," berikut keterangan dalam rilis Bawaslu, Sabtu (1/3).
Bawaslu melakukan beberapa percobaan untuk menguji kualitas tinta. Hasilnya, antara lain, memperlihatkan adanya tinta yang mudah dikelupas setelah kering karena pengaruh lotion. Tinta juga cepat memudar setelah jari dicelupkan, lalu dilap, dan kemudian dicuci dengan sabun mandi.
"(Ada juga) tanpa rekayasa apapun, jari dicelupkan, kemudian dilap tanpa dilakukan pencucian, dua jam kemudian dilakukan pencucian biasa, tinta pun memudar," jelas Bawaslu
.Atas hasil evaluasi ini, Bawaslu memberikan rekomendasi kepada KPU untuk melakukan pengecekan ulang kualitas tinta. Pengecekan dapat dilakukan ke laboratorium kimia. Selain itu, Bawaslu juga menyarankan agar KPU membuat antisipasi lain sebagai tanda pengaman untuk pemilih yang telah memberikan suaranya.
"Untuk tidak bisa berbuat curang atas ketidakberdayaan tinta sidik jari pemilu," jelas Bawaslu.