REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Politik uang yang terjadi pada pemilihan umum (pemilu) bisa memicu terjadinya depresi. “Politik uang bisa menjadi pintu masuk depresi relatif melanda politikus khususnya calon anggota legislatif (caleg)," kata akademisi IAIN Raden Fatah M Syawaludin, Jumat (
Menurut Syawaludin, secara sosiologi mereka yang terjun ke dunia politik berpeluang mengalami depresi relatif. “Politik uang merupakan bentuk dari penyimpangan. Akibatnya mereka yang bisa terkena tersebut adalah pelaku politik yaitu para caleg dan calon DPD yang melakukan penyimpangan tersebut,” katanya, Jumat (7/3).
Pengamat politik lulus S3 Sosiologi dari Universitas Gajah Mada ini menjelaskan, depresi relatif yang terkena pada para calon legislatif bisa mudah dikenali dengan munculnya pertanyaan di benak mereka. "Akankah saya menang? Atau apa ada masyarakat yang mencoblos,” ujarnya.
Syawaludin mengingatkan depresi melanda para caleg ketika transaksi politik wani piro menjadi pegangannya. “Politik uang akan mengawali depresi para caleg atau aktor politik yang tidak siap menang dan kalah,” pesannya.