Pekerja melipat kertas suara Pemilu Legislatif di Makassar, Sulsel, Senin (3/3). (Antara/Yusran Uccang)
REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Ratusan warga yang dipekerjakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Makassar, Sulsel belum mengetahui upah mereka untuk memilah dan melipat surat suara Pemilu Legislatif pada 9 April mendatang.
Ferry (23 tahun), salah satu warga sekitar, mengaku tidak tahu honor yang akan dia peroleh setelah melipat sedikitnya dua ribu lembar surat suara setiap hari.
"Belum tahu kalau soal itu (honor). Saya ikut melipat sejak hari pertama, Jumat pekan lalu (28/2), dan hari ini sudah masuk untuk DPRD Kota. Mungkin tidak lama lagi selesai," kata Ferry ketika ditemui di lokasi pelipatan, Jumat (7/3).
Meskipun belum mengetahui jumlah honornya, dia tetap mengerjakan pelipatan surat suara itu untuk mengisi waktu luang. Pelipatan surat suara dilakukan di sebuah gedung olahraga (GOR) yang terletak di wilayah daerah pemilihan (dapil) Manggala-Panakukkang, Kota Makassar.
Masyarakat penyortir lainnya, Anik (24), juga melontarkan hal senada yaitu belum mengetahui berapa uang yang akan dia peroleh setelah melipat surat suara selama delapan hari.
"Saya diajak saudara saya untuk melipat, daripada menganggur saya 'iya'-kan saja. Honornya berapa juga saya tidak tahu," ucap ibu dua anak itu.
Sementara itu, Kepala Divisi Logistik KPU Kota Makassar Andi Syaifuddin ketika ditemui secara terpisah mengatakan honor untuk warga yang melipat surat suara itu akan diberikan setelah semuanya selesai.
"Nanti kalau semua sudah beres baru dihitung, per lembarnya Rp 150," tutur Andi.
Proses pelipatan surat suara dilakukan oleh masyarakat yang didominasi perempuan, dengan usia mulai dari 17 tahun hingga 60 tahun, di sebuah Gedung Olahraga (GOR) di Kecamatan Manggala, Panakukkang.
Ratusan warga duduk berkelompok di dalam GOR yang beratapkan asbes dan sejumlah kipas angin. Rata-rata, satu kelompok terdiri dari lima hingga 10 orang yang menyelesaikan pelipatan sedikitnya 10.000 lembar per hari.