Home >> >>
Untung-Rugi Parpol Islam Jika Koalisi dengan PDIP
Rabu , 12 Mar 2014, 14:18 WIB
Pengamat politik dari LIPI, Syamsudin Haris

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik LIPI, Syamsudin Haris menyatakan koalisi parpol Islam dengan PDI Perjuangan sangat mungkin terjadi. Koalisi ini memiliki keuntungan sekaligus kekurangan di tubuh parpol Islam.

Dari segi keuntungan, parpol Islam mampu masuk ke dalam struktur kabinet yang dibangun PDIP. Perolehan suara yang dominan diraih PDIP sudah diprediksi berbagai lembaga survei. 

Partai berlambang banteng dengan moncong putih ini selalu meraih peringkat pertama atau kedua di setiap survei politik. Belum lagi figurnya yang menjadi dambaan masyarakat. Seperti Gubernur Jakarta Joko Widodo, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan lainnya. PDIP dinilai sebagai parpol dengan kader yang sudah matang.

Syamsudin menyatakan keuntungan parpol Islam berkoalisi sudah pasti adanya utusan dalam kabinet pemerintahan. Kader parpol Islam akan masuk menjadi menteri. "Di situ mereka akan berkontribusi dalam pembangunan negeri ini," jelas Syamsudin, kepada Republika, Rabu (12/3).

Ia menilai, parpol Islam nantinya akan lebih maksimal membangun Indonesia melalui jabatan menteri yang diberikan kepada kadernya. Ini diharapkan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Jangan sampai amanah tersebut dilukai dengan perilaku korupsi. Karena nantinya konstituen parpol Islam semakin kecewa.

Selain itu, Syamsudin mengingatkan adanya kekurangan dalam koalisi ini. Tentunya, parpol Islam tidak bisa bersikap kritis terhadap pemerintahan yang dipimpin PDIP. Pada saat pemerintahan mengeluarkan kebijakan yang tidak memihak Islam, parpol Islam nantinya belum tentu bersikap kritis. "Ini menjadi problem tersendiri," jelasnya.

Ia berharap parpol Islam tetap mempertahankan konstituennya. Masyarakat Indonesia yang mayoritas Umat Islam harus diperhatikan betul. Jangan sampai pemerintahan mengeluarkan kebijakan sepihak. Kalau itu terjadi, parpol Islam harus berdiri di depan membela kepentingan mereka. 

Redaktur : Mansyur Faqih
Reporter : Erdy Nasrul
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar