REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memonitori eskalasi kekerasan yang kian meningkat di Aceh jelang Pemilu ini, Polri akan meningkatkan kegiatan pengamanan di sana. Mabes Porlri mengatakan, upaya pengamanan di wilayah Aceh menjadi perhatian serius usai ragam kekerasan yang terjadi di sana belakangan ini.
Korps Bhayangkara berujar, meskipun terendus motif politis dibalik sejumlah aksi kejahatan di sana, masyarakat diminta untuk tetap tenang dan terpengarahui semangatnya menghadapi Pemilu. Seluruh elemen yang terlibat dalam pesta demokrasi pun diiharapkan tetap damai tanpa terpancing aksi-aksi kekerasan yang selama ini menyasar simbol-simbol parai.
“Kami akan tangkap pelakunya untuk lebih mengupas motif kejadian selama ini. Di sisi lain kami akan tingkatkan proses pengamanan agar kejadian serupa tidak berlanjut,” ujar Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komjen Suhardi Alius di Jakarta Kamis (13/3).
Lebih dalam, Kepala Bidang Humas Polda Aceh Kombes Gustav Leo mengatakan, saat ini jajaran pimpinan kepolisian sedang mengolah sejumlah konsep pengamanan. Dikatakannya, melihat kekerasan kepada simbol-simbol partai tertentu di sana makin sering terjadi, pimpinan Polda Aceh langsung memberikan instruksi khusus agar ada penebalan pengamanan.
“Kami bahas dalam rapat pengamanan setiap hari, intinya akan ada giat pengamanan yang lebih intens. Hasilnya, selau kami evaluasi,” kata perwira melati tiga ini dihubungi dari Jakarta Kamis (13/3).
Gustav menjelaskan, ada 608 titik di negeri serambi mekah yang diperkirakan rawan. Mulai dari rawan bencana hingga kriminalitas. Seluruh jajaran pasukan di Polda Aceh puna akan dikerahkan untuk mengamankan wilayah rawan khususnya, jelang operasi Mantap Brata 16 Maret nanti.
Seluruh polisi di satuan wilayah, kata dia, juga sudah diberi instruksi untuk 24 jam siaga dengan melakukan razia senjata api serta benda-benda lain yang dimungkinkan dijadikan alat perusak. “Untuk memperkuat diri, kami akan ajukan tambahan pasukan 1000an personel ke Mabes Polri sebagai back up,” ujar dia.