Home >> >>
Pemimpin RI Harus Paham Budaya Aceh
Jumat , 21 Mar 2014, 10:07 WIB
antara
Pertunjukan Tari Saman dari Aceh

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Pemimpin Indonesia mendatang harus memahami karakteristik budaya Aceh yang dinamis. Pasalnya, Aceh harus mulai meninggalkan trauma konflik berdarah selama masa orde baru.

Pengamat kesejahteraan sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), Rissalwan Habdi Lubis, saat dihubungi RoL, beberapa waktu lalu mengungkapkan, pemimpin Aceh mendatang haruslah sosok yang mampu menyikapi potensi konflik internal mereka dengan manajemen konflik yang baik.

"Secara administratif dan legal-formal, sudah hampir semua amanat Mount of Understanding (MoU) Helsinki terlaksana. Masalah saat ini ialah dinamika politik internal Aceh yang mengarah pada konflik baru," tutur Rissalwan.

Dinamika konflik internal Aceh itu, lanjutnya, tentu tidak diatur dalam MoU Helsinki. Pasalnya, konflik yang mendasari MoU Helsinki merupakan konflik vertikal antara pusat dan daerah yang disebabkan ketimpangan akses Sumber Daya Alam (SDA).

Sementara konflik yang terjadi belakangan ini, papar Rissalwan Habdi Lubis, lebih berupa konflik horizontal diantara kelompok-kelompok sipil Aceh yang berbeda kepentingan.

"Jadi, pemimpin Indonesia mendatang harus memahami dan mengerti karakteristik budaya Aceh yang dinamis. Pasalnya pemimpin Indonesia mendatang memiliki kewajiban moral untuk membantu menyelesaikan konflik internal di Aceh."

Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Reporter : C57
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar