REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto harus berhati-hati atas sindiran dan kampanye negatif yang diduga ditujukan ke PDI Perjuangan. Sebab, hal tersebut bisa saja menjadi bumerang yang justru menurunkan simpati masyarakat terhadapnya.
Pengamat Komunikasi Politik dari UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto mengatakan, strategi kampanye Prabowo harus diubah. Menurut dia, cara seperti itu tidak akan ampuh mempengaruhi suara publik terhadap calon dan partai tertentu.
“Masyarakat itu tidak mau tahu permasalahan di dalam elite politik. Mereka justru merasa jengah kalau ada pihak yang terus menerus melakukan kampanye negatif,” kata Gun Gun dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, kemarin.
Dia mengatakan, ada dua jenis attacking campaign yakni, negatif dan black campagain. Apa yang kerap kali di lontarkan Prabowo termaksud kampanye negatif, karena ada bukti dan data yang bisa dipertanggungjawabkan, bukan hanya isu belaka.
Dalam pidato kampanyenya, Prabowo menyerang sosok beberapa pemimpin yang dinilai hanya menjadi boneka dan mencla mencle. Beberapa kalangan menilai kritikan Prabowo tersebut adalah bentuk sindirannya kepada Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo.
Hanya, ujar Gun Gun, Jokowi ini dinilai sebagai kehendak publik sehingga tidak bisa dilawan dengan sindiran. Dia adalah figur yang unik karena memunculkan karakter yang berbeda sebagai pemimpin. Masyarakat sebenarnya tidak terpengaruh dengan keberadaan alat peraga kampanye.
“Baliho, stiker, spanduk menumpuk tidak akan mempengaruhi pilihan warga. Mereka mau orang seperti Jokowi yang benar-benar turun mengunjungi masyarakat. Jadi hati-hati bila menyerang figur Jokowi di depan masyarakat,” kata dia.