Ketua Dewan Pembina partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) serta Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali (kanan) menghadiri Hari Jadi partai Gerindra di Jakarta Pusat, Ahad (23/3). (Republika/Agung Supriyanto)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Ikrar Nusa Bhakti menilai kehadiran Ketua Umum PPP Suryadharma Ali (SDA) dalam kampanye Partai Gerindra membuat blunder bagi partainya.
"Apabila kehadiran pimpinan partai tanpa diskusi dengan internal akan menjadi blunder politik bagi PPP," kata Ikrar usai diskusi bertajuk "Persaingan Capres-Cawapres Menjelang Pemilu" di Gedung Nusantara IV, Jakarta, Senin (24/3).
Dia mengatakan kehadiran SDA di satu sisi dilihat sebagai keputusan individualis yang bersangkutan dan bukan keputusan partai. Selain itu, menurut dia, PPP dinilai tidak memiliki mekanisme yang diambil dalam keputusan strategis untuk koalisi.
"PPP dinilai tidak memiliki mekanisme yang diambil dalam keputusan strategis untuk koalisi," ujarnya.
Sebelumnya Ketum PPP Suryadharma Ali bersama Wakil Dewan Pakar PPP Djan Faridz menghadiri kampanye Partai Gerindra di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta pada Ahad (23/3). Kampanye tersebut juga dihadiri Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Dalam pidatonya, SDA menilai ada harapan besar tentang perubahan Indonesia ke depan dari para simpatisan Gerindra yang ada di lapangan sepakbola terbesar di Indonesia tersebut. Dia mengatakan PPP menilai Gerindra telah memutuskan calon pemimpin yang tepat, yaitu Prabowo Subianto.
Ikrar mengatakan pasca peristiwa itu Waketum PPP Suarso Monoarfa langsung membuat pernyataan politik berbeda. Hal itu menurut dia karena SDA tidak pernah membuat rapat internal PPP akan berkoalisi dengan siapa.
Kejadian itu menurut dia menandakan PPP sudah dipersimpangan jalan karena PKB menyatakan telah melakukan pendekatan dengan PDI Perjuangan.