REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI yang peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, Irman Gusman mengatakan, guru yang baik adalah yang mampu melahirkan murid-murid yang kemampuan dan kepintarannya melebihi gurunya.
Kalau murid yang dihasilkan hanya sama kualitasnya dengan guru, apalagi di bawah guru, menurut Irman, maka guru atau pendidik itu bisa disebut gagal.
"Pendidikan adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Makanya ada ungkapan belajar itu dimulai dari ayunan hingga ke liang lahat," kata Irman Gusman, saat mengunjungi Kampus II, Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia, Ampek Angkek Kabupaten Agam, Sumatera Barat, dalam siaran pers yang diterima Republika Online (RoL), Ahad (30/3).
Menurut Irman, pendidik harus mampu melahirkan peserta didik yang lebih pintar dari guru. Selain itu, proses ajar-mengajar di pondok pesantren punya banyak kelebihan dibanding lembaga pendidikan formal lainnya, yakni menjadikan agama sebagai tuntunan ilmu.
"Di negara-negara sekuler, agama dianggap penghambat kemajuan. Sumatra Barat, khususnya di pondok pesantren ini, agama malah jadi penuntun ilmu. Artinya agama dan ilmu saling melengkapi. Itu juga sudah diterapkan oleh Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia ini semenjak didirikan tahun 1928 lalu," tegas Irman Gusman.
Jadi sudah pada tempatnya semua produk Perdanya dan adat-istiadat serta nilai-nilai sosialnya kental dengan pesan-pesan agama. "Ini sangat menguntungkan masyarakat secara keseluruhan," jelasnya.
Karena fakta sejarah itu pula lah, lanjut Irman, bangsa ini mencatat Sumbar merupakan kawasan penghasil guru-guru terbaik yang menyebar ke kawasan nusantara dan Asia Tenggara.
Dalam acara silaturrahim tersebut Ketua DPD RI juga menyerahkan bantuan 10 unit komputer berikut perangkat internetnya.