REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ratusan perempuan yang tergabung dalam Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) melakukan aksi damai dengan berjalan kaki dari Jalan Abubakar Ali menuju ke Jalan Malioboro dan berakhir di Titik Nol Yogyakarta, Kamis (3/4).
Mereka berasal dari 14 kelompok perempuan yang mewakili para ibu rumah tangga, pedagang pasar, pengepul sayuran, lanjut usia, pekerja informal , pekerja rumah tangga, pekerja seks komersial, petani, buruh pabrik, mahasiswa, janda dan sebagainya. Bahkan banyak ibu yang menggendong anaknya.
Menurut penanggungjawab aksi Halimah Ginting, KPI sebagai salah satu organisasi massa yang peduli terhadap persoalan perempuan dalam rangka mendukung pemilu bersih (no money politic) dan menjadi pemilih cerdas.
Hal itu diakui oleh salah seorang peserta dari Berbah Sri Haryati.''Kami ingin supaya caleg perempuan tidak melakukan korupsi dan apabila mereka terpilih dan duduk di legislatif tetapi korupsi kami akan menuntut untuk mundur."
Di samping itu, kata Halimah, keterlibatan dan keterwakilan perempuan di dunia politik merupakan suatu keharusan. Sebab tanpa keterwakilan perempuan di legislatif, maka persoalan-persoalan perempuan sulit untuk diperjuangkan di parlemen.
Walaupun kebijakan kuota 30 persen menjadi calon legislatif sudah terpenuhi, tetapi pengalaman politik tahun 2009 yang lalu di DIY hanya sembilan persen perempuan yang duduk menjadi legislatif perempuan.
Sehingga isu-isu strategis yang dialami oleh perempuan dan anak tidak dapat diperjuangkan secara maksimal oleh legislatif perempuan karena minimnya anggota legislatif perempuan dan minimnya pemahaman perempuan untuk mendudukkan wakilnya di legislatif, kata dia.
Berangkat dari persoalan tersebut, Halimah menambahkan, maka KPI mengadakan pendidikan pemilih untuk anggotanya agar menjadi pemilih yang cerdas dan bersih atau "no money politic", mamahami pentingnya meningkatkan keterwakilan perempuan untuk duduk di legislatif serta memahami cara mengawal suara caleg perempuan.