Sejumlah simpatisan berebut bersalaman dengan calon Presiden Joko Widodo, saat mengikuti kampanye PDIP di Lapangan Mulyorejo, Malang, Jawa Timur, Ahad (30/3).
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencapresan Jokowi mampu menambah suara dukungan untuk PDIP dari pemilih yang belum menentukan pilihannya selama ini (swing voters). Hanya saja, jumlahnya tak terlalu signifikan.
Direktur Research SMRC Djayadi Hanan mengatakan, setelah 20 hari pengumuman Jokowi sebagai capres, elektabilitas PDIP cuma naik lima persen. Dari 16 persen saat survei periode Februari 2014, sekarang menjadi 21 persen.
“Kampanye terbuka dan pengumuman Jokowi sebagai capres tidak banyak berpengaruh pada peta kekuatan partai,” kata Djayadi saat memaparkan hasil survei terbaru SMRC di Jakarta, Kamis (3/4).
Survei kali ini melibatkan sekitar 2.050 responden yang tersebar di 77 daerah pemilihan Pemilu 2014, dengan margin of error plus minus 2,2 persen, serta pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih sebelumnya. Survei dilakukan 26-29 Maret 2014.
Djayadi menyatakan, kenaikan dukungan ke PDIP ini tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya, yakni sekitar 25 persen. Bahkan, PDIP belum pulih ke posisi Desember 2013 ketika PDIP meraih suara 25 persen.
Adapun, sembilan parpol lain menunjukkan elektabilitas 8 Partai Golkar menempati urutan kedua dengan torehan 16,1 persen, Partai Gerindra (10,5 persen), Partai Demokrat (9,9 persen), dan PKB (8,5 persen). Posisi keenam dihuni PPP (5,9 persen), Partai Hanura (5,5 persen), Partai NasDem (5,4 persen), PAN (4,8 persen), PKS (4,1 persen), PBB (1,0 persen), dan PKPI (0,6 persen).
“Golkar, Demokrat, dan partai-partai lain cenderung sedikit naik sebelum dan sesudah 10 hari kampanye dan 20 hari pengumuman Jokowi sebagai capres,” kata Djayadi.