Pendukung Joko Widodo (Jokowi) melakukan aksi spontan mendukung pencalonan Gubernur Jakarta itu sebagai presiden.
REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Politisi PDI Perjuangan Fahmi Habcy mensinyalir ada upaya sistematis di daerah-daerah untuk "mengkerdilkan" suara PDI Perjuangan dengan jalan membangun isu dikotomi kemenangan Jokowi dalam pilpres, dengan kemenangan PDI Perjuangan dalam pemilu legislatif.
"Logika "Jokowi Yes, PDIP No" dengan memilih Jokowi saja dalam Pilpres tanpa memilih PDI Perjuangan dalam pemilu legisaltif bagaikan ingin mendapatkan sebuah "bunga yang indah" tapi tidak mau lalui proses penanaman dan pemupukan yang baik," katanya di Depok, Sabtu (5/4) .
Ia mengatakan harapan rakyat dan publik ingin Jokowi menang pilpres akan sulit terwujud tanpa melalui proses kemenangan besar PDI Perjuangan dalam pemilu legislatif melebihi 30 persen.
Fahmi menjelaskan adanya kelucuan dari "agenda anomali" elit parpol tertentu ini bahwa disatu sisi tidak menginginkan PDI Perjuangan menang signifikan dalam pemilu legislatif, tapi juga tidak menginginkan capres yang diusung mereka menang pilpres Juli nanti.
"Pertarungan dalam internal tubuh parpol ini realistis dan meyakini bahwa capres yang diusungnya sulit memenangkan pilpres, tapi juga tidak siap jika harus kehilangan kesempatan masuk kembali dalam koalisi seandainya Jokowi memenangkan pilpres," tandas aktivis UI 98 ini.
Ia menambahkan jika PDI Perjuangan bisa ditekan suara perolehannya dalam pileg nanti, akan membuat parpol ini membuat posisi tawar mereka dengan PDI Perjuangan dalam pilpres menjadi tinggi.
Bagi agenda perbaikan bangsa ini menjadi sangat tidak strategis, seandainya harapan rakyat saat ini bahwa koalisi kedepan yang dibangun adalah menyamakan platform Trisakti menuju Indonesia baru, dan meninggalkan "politik dagang sapi" yang dilakukan periode sebelumnya yang terbukti tak efektif.
Ia berharap publik memahami bahwa tidak ada kemenangan Jokowi dalam pilpres, tanpa kemenangan besar PDI Perjuangan. Dukungan publik dan rakyat pada PDI Perjuangan dalam pileg 9 April 2014 menjadi "kunci harapan" bagi pencapresan dan kemenangan Jokowi dalam pilpres kelak.