Home >> >>
Kiai Hasyim: Asas Nasionalis Jangan Hanya Jadi Jargon
Ahad , 06 Apr 2014, 11:46 WIB
Republika
KH Hasyim Muzadi

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG--Masa kampanye pemilu legislatif telah berlalu. Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi meminta semua partai politik melaksanakan janji-janjinya kepada rakyat.

Kepada partai nasionalis, pengasuh pondok pesantren Al-Hikam ini meminta mereka melakukan tindakan sesuai dengan asas nasionalis yang dipakai. Mereka harus mengedepankan masalah bangsa Indonesia ketimbang kepentingan asing di Indonesia.

"Asas nasionalis jangan hanya menjadi jargon. Karena itu, caleg dan politisi yang berasal dari partai nasionalis hendaknya mengedepankan kepentingan bangsa ketimbang yang lain, baik dalam konteks kebijakan ekonomi, politik, kebudayaan, dan lainnya," katanya di sela sarasehan ulama dan cendekiawan di kantor PWNU Banten, Ahad (6/4).

Kiai kelahiran Bangilan, Tuban ini mencontohkan, dalam kasus kebijakan ekonomi, selama ini Indonesia lebih condong menguntungkan asing ketimbang bangsa sendiri. Sumber daya alam yang ada seharusnya digunakan untuk kepentingan bangsa sendiri. 

"Tri Sakti yang digagas Bung Karno dulu meski belum bisa mewujudkan setidaknya mengarah ke sana. Karena itu harus ada usaha mereview kembali UU yang sangat pro asing," ujar Sekjen International Conference Of Islamic Scholars (ICIS) ini.

Untuk partai Islam, Hasyim berpesan agar perilaku para politisinya mewakili keluhuran ajaran Islam. Keluhuran yang dimaksud adalah tidak melakukan korupsi atau mencuri uang negara, bersikap adil, dan rahmatan lil alamin. "Nilai-nilai itulah yang harus diwujudkan oleh politisi partai semacam ini," terangnya.

Hasyim menegaskan, menurunnya citra partai Islam di mata masyarakat  karena perilaku menyimpang para politisi, bukan karena Islamnya. Para politisi itu tidak bisa mengikuti keluhuran Islam. Karena itu, katanya,  pekerjaan rumah yang harus dilakukan para politisi Islam adalah berperilaku islami. 

"Para politisi parpol islam saat sudah menjabat bukan berdakwah tentang ajaran agama tetapi harus bisa merealisasikan ajaran itu dalam bentuk teknis. Tidak mengajari annadofatu minal iman (Kebersihan sebagian dari iman)  tetapi langsung membentuk pasukan kuning," katanya. 

Redaktur : Muhammad Hafil
Reporter : indah wulandari
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar