REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sleman akan meningkatkan sosialisasi setelah kampanye partai politik berakhir dan memasuki masa tenang. Sosialisasi tersebut akan menyasar lebih banyak kelompok marginal untuk menekan angka golongan putih (golput).
Anggota KPU Sleman Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Humas, Indah Sri Wulandari mengatakan pihaknya masih akan menyasar difabel untuk sosialisasi di masa tenang. Sosialisasi tersebut akan dilengkapi dengan simulasi pencoblosan. "Di masa tenang, sosialisasi makin kami tingkatkan," ujarnya kepada Republika, Ahad (6/4).
Sosialisasi pemilu ke kelompok marginal akan dilakukan hingga satu hari menjelang pencoblosan. KPU Sleman menyasar pasar tradisional untuk meningkatkan partisipasi pemilih untuk kelompok ekonomi menengah ke bawah. Sebelumnya sosialisasi ke sembilan pasar tradisioal telah digelar KPU pada Maret lalu.
Peningkatan sosialisasi tersebut kata Indah untuk menekan jumlah golput. Masyarakat diingatkan untuk memilih pada 9 April mendatang. Masyarakat juga diminta untuk tidak tergiur politik uang.
Sosialisasi yang gencar dinilai perlu setelah gerakan ajakan golput mulai muncul di Sleman. Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Sleman sebelumnya menerima laporan adanya lima spanduk yang mengajak masyarakat golput. Spanduk tersebut telah diturunkan petugas.
Ketua Panwaslu Sleman, Sutoto Jatmiko mengatakan ajakan golput merupakan salah satu gerakan yang diantisipasi panwaslu. Meski tidak dikenai sanksi tegas, gerakan tersebut dinilai tidak akan mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pemilu legislatif. "Partisipasi warga dalam pilkades sudah di atas 80 persen sehingga saya yakin partisipasi masyarakat di pemilu masih akan tinggi," ujarnya.