REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang hari pencoblosan 9 April 2014 isu negatif terus bermunculan, salah satunya muncul isu SARA yang menyebutkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, adalah tokoh antiTionghoa, namun hal itu dinilai sebagai fitnah dan kampanye hitam.
"Tidak mungkin seorang tentara sejati yang berjiwa ksatria membenci atau antigolongan tertentu. Prabowo sudah bertekad akan melindungi semua suku, agama, dan ras dengan segala kemampuannya," kata Koordinator Prabowo Media Center, Budi Purnomo Karjodihardjo, di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, dari dahulu hingga sekarang, Prabowo justru memiliki banyak teman yang berasal dari kalangan Tionghoa, mulai dari teman sekolah sampai pengusaha.
Demikian juga penasihat-penasihatnya dan anak buahnya juga ada yang dari Tionghoa, bahkan di Partai Gerindra yang dipimpinnya, banyak caleg yang berasal dari kaum Tionghoa.
"Prabowo juga membawa dan memperjuangkan Ahok menjadi Wagub DKI Jakarta. Sangat jelas bahwa isu demikian adalah fitnah," tegasnya.
Dalam berbagai kesempatan Prabowo juga menjelaskan bahwa yang tidak disukainya adalah para pemimpin yang pembohong, para koruptor dan para konglomerat hitam.
Siapapun itu, tanpa melihat suku, agama, dan ras, karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang menyengsarakan rakyat Indonesia.
Demikian juga sebaliknya, orang-orang seperti itulah yang membenci Prabowo menjadi Presiden, karena bisa dibayangkan dampaknya.
Menurut Budi, beredarnya fitnah dan kampanye hitam yang menyudutkan Prabowo adalah bentuk nyata dari kepanikan pihak-pihak tertentu terhadap menguatnya dukungan rakyat dan tingginya elektabilitas Partai Gerindra dan Prabowo Subianto.
"Rakyat tidak bisa dibohongi lagi. Rakyat akan memilih pemimpin yang terbaik, yang tegas dan berwibawa, yang bisa melindungi bangsanya, dan bisa menyejahterakan rakyatnya seperti bangsa-bangsa besar pada umumnya," kata Budi.