Penyandang disabilitas mengikuti simulasi pemilu yang dilaksanakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) di gedung KPU, Jakarta, Jumat (4/4). (Republika/Agung Supriyanto)
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Peran tokoh masyarakat di tingkat lokal berperan dalam menekan angka golput.
"Peran KPU, partai politik, terutama tokoh masyarakat di tingkat lokal akan mempengaruhi keputusan masa mengambang," kata pakar komunikasi politik Unpad Antar Venus di Bandung, Selasa (8/4).
Peran ia maksud antara lain KPU harus mampu menggugah masa mengambang melalui pesan persuasif. Ini penting karena masa mengambang tak akan bisa diajak hanya melalui instruksi.
"Untuk menarik masa mengambang ini ada baiknya KPU melakukan konsultasi dengan pakar dan menggandeng tokoh masyarakat," katanya.
Tokoh masyarakat yang memiliki massa dan kredibilitas tinggi akan mampu mengurangi jumlah masa mengambang. Sehingga membuat mereka menentukan pilihan untuk mengikuti pemilu.
Ia menjelaskan partai politik juga turut bertanggung jawab untuk merangkul masa mengambang dengan cara yang lebih bijak.
Misalnya, dengan mendatangi langsung pihak yang belum menentukan pilihan dan melakukan dialog untuk mengajak mereka untuk ikut memilih.
"Mahasiswa merupakan salah satu pihak yang termasuk dalam kategori masa mengambang. Hal ini terjadi karena mereka kurang disosialisasikan tentang pemilu, tentunya sbeelum hari tenang," kata Venus.
Menurut dia, usaha yang dilakukan KPU dan juga partai politik untuk menarik masa mengambang masih kurang maksimal. Ia berpendapat usaha yang dilakukan KPU masih sekedar formalitas dan terkesan kurang.
"Bila KPU mendatangi tiap-tiap kampus dan melakukan sosialisasi mungkin akan terjaring jutaan pemilih," katanya.