REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Gerindra diprediksi membutuhkan partai lain untuk mengusung Prabowo Subianto menjadi capres. Beberapa prediksi menyatakan, Gerindra berpeluang berkoalisi dengan Partai Golkar.
Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani mengakui, Golkar termasuk yang sudah menjalin kontak dengan partainya. Hanya saja, semua kemungkinan harus melihat hasil Pileg, 9 April.
Kendati begitu, ia meyakini, hubungan baik dengan Golkar membuat koalisi menjadi lebih mudah terwujud. "Prabowo tak ada hambatan psikologis berkomunikasi dengan kawan lama, tak ada problem. Apalagi, Prabowo kan alumnus Golkar," kata Muzani di Jakarta Selatan, Selasa (8/4).
Dia mengakui, kendala koalisi dengan Golkar adalah pada sosok Aburizal Bakrie. Itu lantaran partai berlambang beringin tersebut sudah menetapkan Ical sebagai capres.
Meski begitu, Muzani melihat tetap ada peluang bagi kedua parpol untuk berkoalisi. Pasalnya, dinamika Pilpres berbeda dengan Pileg. Kalau pada akhirnya secara figur Prabowo memiliki elektabilitas lebih tinggi, bukan tidak mungkin parpol koalisi akan bersikap pragmatis.
"Capres itu pada akhirnya realistis, ditentukan dua hal, partai pengusung dan presiden ditentukan ketokohan. Nantinya, orang akan mikir menjadi capres," kata anggota Komisi I DPR itu.
Muzani melanjutkan, obi-lobi politik yang dilakukan petinggi parpol selama ini bisa sia-sia. Itu kalau ternyata perolehan suara parpol di Pileg, meleset dari target. Karena itu, hasil penghitungan Pileg akan menentukan langkah setiap parpol dalam menjalin koalisi.
"Peta politik akan berubah cepat, besok kita akan menghadapi pemilu, malam akan tahu hasil awal, setelah itu melakukan solidasi partai."