REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua lembaga survei yaitu Lembaga Klimatologi Politik (LKP) dan Political Weather Station (PWS) menilai Golkar dan Hanura diuntungkan oleh perseteruan PDIP dengan Gerindra pada pemilu legislatif pada Rabu (9/4).
CEO LKP, Usman Rachman, mengatakan perseteruan terkait dengan pencalonan calon presiden akan mempengaruhi pola pikir pemilih dalam menentukan pilihannya saat berada di bilik suara.
"Perseteruan itu (PDIP-Gerindra) membuat elektabilitas sedikit menurun. Kondisi ini menguntungkan partai nasionalis lainnya seperti Golkar dan Hanura," katanya.
Berdasarkan survei yang dilakukan, PDIP yang sebelumnya terdongkrak dengan figur Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon presiden mampu meraih 18,35 persen disusul oleh Golkar dengan 17,93 persen.
Partai Hanura yang menggunakan jargon partai bersih diprediksi bakal melonjak dan mampu mendudukan posisi tiga dengan 11,35 persen. Partai pimpinan Wiranto ini akan bersaing ketat dengan Gerindra yang dipredikasi mendapatkan 11,33 persen.
"Memang Hanura mampu ke posisi tiga, tapi tidak jauh dengan Gerindra yang berada di belakangnya" katanya.
Melonjaknya elektabilitas Hanura, kata dia, salah satu faktornya didukung adanya sosok Wiranto yang dikenal dengan jenderal yang bersih. Begitu juga dengan dukungan Hary Tanoesoedibjo yang telah diangkat sebagai calon wakil presiden dari Partai Hanura.
Pernyataan sama dikatakan Direktur PWS, Denny Rhamdany. Menurut dia, perseteruan PDIP dengan Gerindra membuat Partai Golkar mampu menyodok ke posisi pertama meski harus bersaing ketat dengan PDIP.
"Selisihnya kurang dari dua persen. Begitu juga dengan Gerindra dan Hanura. Kedua partai ini juga bersaing dengan ketat," katanya.