REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemilihan umum legislatif 2014 diharapkan mampu membawa perubahan terhadap rakyat dan bangsa Indonesia. Tak terkecuali bagi penyandang tunanetra. Mereka berharap ada perubahan berarti dalam hidup mereka sebagai penyandang disabilitas.
Penyandang tunanetra Ila Khadija (35 tahun) mengatakan, pemilu berkali-kali dilakukan tapi ia merasa tak ada perubahan. Tidak ada perkembangan berarti dalam hidupnya meski berkali-kali pemilu digelar. Hanya janji-janji yang didengarnya melalui televisi saat kampanye dilangsungkan.
Warga Kelurahan Cijagra Kecamatan Lengkong Kota Bandung ini mengaku hanya dijanjikan perubahan dan perubahan dalam setiap pemilu. Namun kesejahteraan dan keadilan tak pernah mereka rasakan. Bahkan, diskriminasi hingga kini masih dirasakannya.
"Yang menang di pemilu ini jangan lupakan kami. Beri lapangan kerja dan kesejahteraan," katanya saat ditemui Republika usai mencoblos di TPS 06 Gedung Wyata Guna Kelurahan Pasirkaliki Kecamatan Cicendo, Rabu (9/4).
Dia juga berpesan kepada pemimpin dan wakil rakyat untuk tak mementingkan dirinya sendiri dan kelompoknya. "Cintai rakyat, bukan cintai jabatan," ujarnya.
Hal yang sama juga dikatakan Ade Rahmat (38 tahun). Penyandang tunanetra warga Gg Kina Jalan Pajajaran Kelurahan Pasirkaliki Kecamatan Cicendo ini berharap, para wakil rakyat memperhatikan aspirasi penyandang cacat.
"Kita (tuna netra) ini ada 6 juta orang loh di Indonesia. Jangan sepelekan. Jangan cuma janji-janji saja," ujarnya.
Sebagai mantan pengurus ormas, dia mengaku kerap didatangi calon-calon legislatif untuk 'meminta' suara. Permintaan itu datang saat pemilu akan dilangsungkan. Ia mengaku kecewa lantaran hanya didatangi saat menjelang pemilu.
"Kalau butuh mereka minta-minta. Kalau sudah jadi mereka lupa dengan kita," ujarnya.