REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Tri Rismaharini mengaku bahwa kegiatan blusukan di wilayah Surabaya yang kerap ia jalani merupakan bagian dari tugasnya. Sehingga ia justru tidak suka jika blusukan yang dia lakukan dipublikasi media dan diketahui publik.
Risma menegaskan bahwa kegiatan blusukan merupakan bagian dari tanggung jawabnya sebagai wali kota. Ia mengaku tidak bisa hanya diam duduk di meja dan menunggu laporan mengenai keadaan dan situasi Surabaya.
“Iya kalau laporannya benar. Lagipula jika saya turun langsung (blusukan) maka saya bisa menemukan hingga lima kasus mulai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surabaya mampet, saluran buntu, temuan masyarakat miskin maupun ada orang sakit,” ujarnya saat ditemui wartawan usai menggunakan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 01, Kelurahan Jajartunggal, Kecamatan Wiyung, Surabaya, Rabu (9/4).
Jadi, kata Risma, blusukan adalah hal yang biasa dan bukan sesuatu hal yang aneh karena kegiatan itu memang tugasnya. Karena menganggap biasa, Risma mengaku dirinya merasa tak suka jika kegiatan blusukannya di publikasi dan diketahui publik. Ini karena ia harus berkonsentrasi memikirkan untuk memecahkan masalah kasus yang ia temui saat blusukan.
Jika saat ia blusukan sendirian dan ternyata menemukan kasus, maka ia langsung menghubungi kelurahan maupun Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) untuk berdiskusi bersama memecahkan masalah tersebut. “Hasil diskusi tersebut kemudian saya putuskan dan keputusannya nanti kemudian disampaikan kelurahan ke dinas terkait,” ujarnya.