Home >> >>
Pedagang Dadakan Raup Untung dari TPS
Kamis , 10 Apr 2014, 09:15 WIB
Antara
Dua anggota KPPS menyiapkan Tempat Pemungutan Suara (TPS).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pedagang dadakan bermunculan di sejumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif yang dilaksanakan Rabu, 9 April 2014.

Para pedagang dadakan itu sebagian besar menjual makanan khas Lombok seperti pelecing, lontong, rujak, sate, cendol serta es.

Sumiaton (35), salah seorang pedang mengatakan, dia bersyukur dengan kegiatan Pemilu karena di samping bisa menyalurkan aspirasi sesuai dengan isi hati, di sisi lain dapat mendatangkan rezeki.

Apalagi TPS tempat berjualan termasuk TPS paling banyak calon pemilihnya mencapai 420 orang di Lingkungan Perigi, Dasan Agung Mataram, sehingga sejak pagi sibuk melayani pembeli.

"Sejak mulai buka sekitar pukul 08.00 Wita hingga pukul 11.00 Wita sudah dapat jualan lebih dari 250 ribu dan ini lumayan untuk menyambung hidup," katanya.

Kondisi serupa juga terjadi di TPS-TPS lainnya, di mana rata-rata penjualnya mengambil kesempatan berjualan dekat TPS, mengingat banyaknya warga yang akan datang ke TPS.

Sambil menunggu dipanggil petugas, warga yang akan menyalurkan haknya menggunakan kesempatan itu untuk berbelanja.

Yuliana salah seorang pemilih mengaku, keberadaan pedagang dadakan ini selain menguntungkan bagi pedagang juga menguntungkan bagi pembeli. Sebab, membantu warga yang belum sarapan atau membutuhkan air minum karena lelah menunggu panggilan dari petugas.

"Apalagi harga yang ditawarkan sangat terjangkau, murah meriah dan membuat kita kenyang," katanya.

Tumbuhnya pedagang musiman ini tentu mendapat respon positif, karena para pedagang menjajakan makanan pelecing lontong, sate, rujak dan lainnya yang belum tentu bisa dijumpai setiap hari, sehingga sejumlah pedagang laris manis.

Redaktur : Julkifli Marbun
Sumber : Antara
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar