Home >> >>
PDIP Dianggap Gagal karena 'Jual' Puan, Bukan Jokowi
Kamis , 10 Apr 2014, 13:40 WIB
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Pusat PDIP Puan Maharani (tengah) didampingi fungsionaris PDIP menunjukkan surat perintah dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri di kantor DPP PDIP, Jakarta, Jumat (14/3). (Antara/Indrianto Eko Suwarso)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pengamat politik menilai kegagalan Joko Widodo (Jokowi) mendongrak suara PDI Perjuangan (PDIP) karena kekeliruan strategi komunikasi politik yang dilakukan. Iklan-iklan yang dilakukan PDIP misalnya, lebih menonjolkan sosok Puan Maharani ketimbang Jokowi sebagai capres. 

"Lihat saja iklan-iklan PDI Perjuangan, justru bukan figur Jokowi yang dijual," kata DIrektur Ekskutif Political Communication (Polcomm) Institute ini, Heri Budianto, Kamis (10/4).

Heri menilai PDIP gagal memanfaatkan figur Jokowi sebagai magnet elektoral. Mestinya Jokowi dijadikan jualan utama dalam iklan politik PDIP. "Ini kegagalan komunikasi politik PDIP yang tak pandai merespon harapan publik," ujarnya.

Senada dengan Heri, pengamat politik Universitas Indonesia, Ari Junaedi menilai PDIP tidak maksimal menyosialisasikan Jokowi sebagai capres. Iklan politik PDIP tampak lebih menonjolkan sosok Puan.

Padahal, katanya, ibarat lakon film Jokowi adalah aktor utama. "Ibarat film, yang harus ditonjolkan aktor utama, bukan figuran apalagi tukang rias atau make up artist," kata Ari.

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya mengatakan konsentrasi publik terpecah lantaran kampanye 'Indonesia Hebat' yang gencar dilakukan Puan. Publik menangkap seolah-olah PDIP setengah hati mencapreskan Jokowi. "Ini yang menyebabkan kenaikan elektoralnya tidak signifikan," ujar Yunarto. 

Redaktur : Mansyur Faqih
Reporter : Muhammad Akbar Wijaya
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar