Home >> >>
Pengamat: Demokrat Lebih Baik Jadi Partai Oposisi
Kamis , 10 Apr 2014, 19:42 WIB
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama keluarganya menunjukkan surat suara yang akan mereka coblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 006, Desa Nagrak, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Rabu (9/4). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrat belum menentukan sikap pasca-Pemilu Legislatif 2014 terkait koalisi menghadapi pemilihan presiden. Board Advisor CSIS, Jeffrie Geovanie menyarankan agar Partai Demokrat memilih menjadi partai oposisi.

Jeffrie mengatakan, Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono akan semakin mendapat apresiasi kalau langsung menentukan sikap menjadi oposisi alias tidak ikut koalisi mana pun.  

"SBY dan Partai Demokrat sebaiknya tidak usah terlibat dalam koalisi dengan partai mana pun untuk mengusung calon presiden tertentu," ujar Jeffrie, Kamis (10/4).

Menurut dia, jika Partai Demokrat memutuskan untuk menjadi oposisi, hal itu akan menjadi tradisi baru dan akan mendapat apresiasi dari masyarakat luas. 

"Di samping itu bisa penuh konsentrasi membenahi Partai Demokrat untuk disiapkan merebut kemenangan kembali pada Pemilu 2019," ungkapnya.

Jeffrie juga mengapresiasi sikap Susilo Bambang Yudhoyono dalam menyikapi hasil hitung cepat pemilihan legislatif 2014. Pasalnya, Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu langsung menyampaikan ucapan selamat kepada tiga partai teratas hasil hitung cepat berdasarkan sejumlah lembaga survei. Yaitu, PDIP, Golkar, dan Gerindra.

"Sudah benar sikap SBY yang memberikan selamat buat para pemenang pemilu legislatif," cetusnya. 

Dalam jumpa pers di Cikeas, SBY mengaku tidak bisa langsung memutuskan apakah akan masuk pemerintahan atau oposisi. Tapi dia siap untuk dua kemungkinan itu.

"Kalau Presiden bukan dari Partai Demokrat akan berada di dalam pemerintahan atau menjadi oposisi? Jawaban saya, dua-duanya dimungkinkan," ucap SBY. 

Redaktur : Hazliansyah
Reporter : Heri Ruslan
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar