Home >> >>
Saatnya Parpol Islam Usung Capres Sendiri
Kamis , 10 Apr 2014, 19:46 WIB
Qua vadis partai Islam (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari The Political Literacy Adi Prayitno mengatakan, harus ada yang menjembatani agar partai-partai Islam mau bersatu untuk mengusung calon presidennya sendiri. 

Menurutnya, sampai saat ini belum ada tanda-tanda partai Islam akan bersatu membangun koalisi untuk memenangkan pemilihan presiden 2014.

“Kapan lagi momentum seperti ini digunakan partai Islam untuk dapat mencalonkan capresnya sendiri, tanpa harus berkoalisi dengan Gerindra, Golkar dan PDIP sekalipun,” katanya saat dihubungi RoL, Kamis (10/4).

Adi menilai, selama ini belum ada kekompakan dari partai yang berbasis Islam. Katanya, masing-masing kader partai masih mencari posisi aman, agar mendapatkan jabatan penting di kabinet baru. “Sekarang, sudah saatnya mereka rendah hati meninggalkan ego sektoralnya,” katanya.

Menurut pendapat Adi, dengan perolehan suara partai Islam yang cukup tinggi membuat partai nasionalis bingung kemana harus berkoalisi.

Jadi, kata dia, kesempatan emas ini harus digunakan dengan baik oleh para petinggi partai Islam dengan segera melakukan pembicaran yang lebih serius untuk membangun koalisi.

“Jadi semua partai nasional ini sebenarnya sedang galau untuk menentukan dengan siapa mereka berkoalisi,”

Dikatakan Adi, masih berpengaruhnya massa Islam pada pemilihan legislatif bisa dilihat dari perolehan suara Gerindra yang berada di posisi ketiga setelah Golkar. Tingginya suara partai Gerindra itu pada pemilu legislatif kemarin. “Karena Prabowo rajin roadshow ke NU dan Muhamadiyah,” katanya.

Meski partai Islam dinilai tak solid, namun Adi yakin, partai Islam akan berkoalisi untuk mengusung capresnya sendiri. Kata dia saat ini, masing-masing partai Islam, sedang menunggu hasil penghitungan manual Komisi Pemilihan Umum.



Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Reporter : c62
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar