Home >> >>
Butuh Nyali Agar Parpol Islam Mau Berkoalisi
Jumat , 11 Apr 2014, 14:24 WIB
Fachry Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gabungan partai politik Islam mendapatkan suara sekitar 32 persen berdasarkan hitung cepat lembaga survei. PKB, PAN, PPP, PKS, dan PBB berpotensi mengulang Poros Tengah pada 1999. Namun, hal itu tidak mudah terealisasi.

Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Fachry Ali mengatakan, secara teoritis koalisi parpol Islam bisa terwujud. Kalau hal itu terjadi, kaya dia, mereka bisa percaya diri untuk mengusung capres sendiri. Adapun, cawapres bisa dari kalangan nasionalis.

"Syaratnya koalisi hanya satu, pimpinan lima parpol itu harus punya keberanian mengambil sikap politik," kata Fachry, Jumat (11/4).

Dia menyatakan, parpol Islam tengah mendapat kepercayaan tinggi dari publik. Itu lantaran sentimen masyarakat yang percaya kepada parpol Islam sangat tinggi.

Kepercayaan itu hendaknya jangan disia-siakan. Dia mengatakan, momentum yang datang sekarang ini jangan sampai disia-siakan. Pasalnya, sangat sulit mengulang perolehan suara yang cukup tinggi itu.

"Persoalannya apakah mereka mau memanfaatkannya atau tidak. Atau malah sentimen ini lepas begitu saja gara-gara koalisi tidak terwujud," kata Fachry.

Menurut dia, parpol Islam mesti berkomitmem untuk selalu menyuarakan aspirasi publik. Sikap itu wajib diambil kalau saja ternyata mereka berpikir pengabdian, tidak sekadar kekuasaan.

Jika dalam perkembanganya mereka sangat sulit menahan ambisi untuk berkuasa, lanjut dia, sangat besar kemungkinan lima tahun lagi kepercayaan itu akan sirna. Pun dengan kekuatan parpol Islam akan selalu menjadi underdog dibanding parpol lain kalau tidak bersatu.

"Kalau koalisi tidak terjadi, lebih baik jadi oposisi saja yang keras mengkritik kebijakan pemerintah. Periode lma tahun lagi pasti hasilnya akan manis."



Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Reporter : Erik Purnama Putra
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar