Home >> >>
Amien Rais: Koalisi Poros Tengah Terlalu Sempit
Jumat , 18 Apr 2014, 02:00 WIB
Republika/Agung Supri
Amien Rais

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politisi senior Partai Amanat Nasional (PAN), Amien Rais mengatakan istilah koalisi poros tengah jangan lagi digunakan dalam kerja sama politik. Ini karena koalisi poros tengah sering diartikan secara sempit sebagai koalisinya partai-partai Islam semata. "Saya usulkan poros tengah tidak usah dipakai lagi konotasinya sempit," kata Amien saat menghadiri Forum Koalisi Partai Islam di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (17/4) malam.

Amien mengusulkan sebuah istilah baru dalam koalisi antarpartai di pemilu presiden mendatang. Istilah yang tepat menurutnya adalah koalisi Indonesia Raya.

Istilah poros tengah sudah terlalu usah. Istilah itu sudah berlalu selama satu setengah dekade lebih. Terlebih, kata Amien, persoalan Bangsa Indonesia sekarang tidak cukup hanya diselesaikan dengan koalisi partai Islam. "Indonesia ini jangan terlalu poros tengah yang terlalu hijau (Islamis)," ujarnya.

Perlu ada sinergi antarkomponen bangsa dalam menyelesaikan persoalan bangsa. Amien mengatakan saatnya kelompok agama, nasionalis bersatu padu dengan mengacu pada UUD 1945 dan Pancasilan. "Rangkul semua, semua teman Kristiani, Hindu, Budha, Konghucu, lalu dipadukan dengan poros tengah," katanya.

Pada Juni 1999, partai PKB ikut serta dalam arena pemilu legislatif. PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P memenangkan 33% suara. Dengan kemenangan partainya, Megawati memperkirakan akan memenangkan pemilihan presiden pada Sidang Umum MPR. Namun, PDI-P tidak memiliki kursi mayoritas penuh, sehingga membentuk aliansi dengan PKB.

Istilah poros tengah dipopulerkan oleh Amien Rais menjelang Sidang Umum MPR 1999. Poros tengah adalah gerakan bersatunya partai-partai Islam yang diinisiasi Amien Rais untuk menjegal Megawati menjadi presiden dan mengangkat Abdurrahman Wahid sebagai presiden.

Redaktur : Julkifli Marbun
Reporter : Muhammad Akbar Wijaya
  Isi Komentar Anda
Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan redaksi republika.co.id. Redaksi berhak mengubah atau menghapus kata-kata yang tidak etis, kasar, berbau fitnah dan pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan. Setiap komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim.

Republika.co.id berhak untuk memberi peringatan dan atau menutup akses bagi pembaca yang melanggar ketentuan ini.
avatar
Login sebagai:
Komentar