Calon Presiden Rhoma Irama memberikan keterangan pers di kediamannya di Pela Mampang, Jakarta, Senin (14/4). (Republika/Aditya Pradana Putra)
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu Bakal Calon Presiden (Capres) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), H. Rhoma Irama, ternyata memiliki alasan yang cukup kuat saat menerima pinangan menjadi bakal Capres dari PKB. Alasan itu merupakan proses panjang dari perjalanan hidup sang Raja Dangdut Indonesia.
"Saat Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden 2009, saya ditawari oleh sebuah partai politik (parpol) Islam, tidak perlu disebut namanya, untuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) dari Parpol itu. Namun, terus terang saat itu saya belum ada keinginan menjadi politisi, apalagi capres dan calon wakil presiden (cawapres)," tutur Rhoma saat memberikan ceramah di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Rabu malam (30/4).
Saat itu, Rhoma Irama didaulat menjadi penceramah dalam acara "Istighotsah dan Pengajian Bulanan" yang dipandu para Ulama dan Habaib dan diselenggarakan Pimpinan Pusat (PP) Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU). Acara ini diselenggarakan pada Rabu malam (30/4), di Kantor PBNU, Jakarta.
Parpol Islam itu, ujar Rhoma, yakin dengan komitmen, kapabilitas dan kredibilitasnya untuk membangun moral bangsa. Selain karena fenomena politik 2009 yang tidak biasa (inkonvensional) dan capres parpol Islam itu yang membutuhkan cawapres dengan tingkat elektabilitas dan popularitas tinggi.
Setelah menolak pinangan menjadi cawapres parpol Islam itu, papar Rhoma, menjelang Pemilu legislatif 2014, terjadilah berbagai fenomena luar biasa yang akhirnya mendorongnya bersedia menerima pinangan dari PKB sebagai bakal capres dari parpol itu.
Fenomena pertama, menurut Rhoma, ialah desakan kuat dari berbagai elemen masyarakat di Indonesia agar ia menjadi capres atau cawapres dari parpol Islam. Mereka mendesak kuat "Sang Raja Dangdut" agar Rhoma bersedia maju dalam bursa capres 2014.
"Pada Ahad, 18 November 2012, saya didatangi oleh ratusan tokoh-tokoh ulama dan habaib di DKI Jakarta. Saat itu saya menyatakan siap mencalonkan diri menjadi Presiden RI," ungkap Rhoma.
Apalagi pasca polemik dirinya dengan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) terkait pencalonan Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, Joko Widodo. Maka para pengusungnya benar-benar menganggap Rhoma sebagai ikon atau figur perjuangan umat Islam.
Menjelang pemilu legislatif 2014, tepatnya 2 April 2014, Ketua Umum PKB, Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin), beserta jajaran pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB datang bertemu dan meminta saya menjadi bakal calon presiden (capres). Pinangan ini pun mendapat dukungan luas dari berbagai Ormas Islam seperti FUHAB dan FAHMI TAMAMI," jelas Rhoma.
Pinangan itu, pungkas Rhoma, akhirnya ia terima dengan mengucapkan "Bismillahirrohmanirrohim," berdasarkan desakan kuat ummat Islam dan berbagai fenomena politik yang terjadi menjelang pemilu legislatif 2014.